Mohon tunggu...
Ade Rachmat Fikri
Ade Rachmat Fikri Mohon Tunggu... Wiraswasta - Abak Kalifah

Bukanlah kematian yang kutakutkan, tetapi kehidupan lah yang kutakuti.. takut tidak dapat berguna dan memberikan kebaikan hati pada orang banyak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kesederhanaan Penduduk Yogyakarta

18 Mei 2016   15:23 Diperbarui: 18 Mei 2016   15:35 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang ada bagusnya tidak ada angkutan desa/angkutan kota, karena kebanyakan daerah biang keladi kemacetan terbanyak adalah angkutan ini. Tapi, di balik itu semua mau tak mau orang Yogya harus punya kendaraan, tetapi nyatanya banyak orang yang masih belum berkecukupan untuk membeli sebuah alat transportrasi yang bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari sekalipun saat ini layanan kredit motor amatlah banyak di Negara ini. Banyak juga yang bergambling membayar DP untuk kredit kendaraan tanpa perhitungan yang jelas dan akhirnya secara terpaksa di tarik kembali oleh dealer ataupun di gunakan cara over kredit agar kendaraan tadi tidak di tarik kembali orang finance.

Dari si Bapak saya belajar kesederhanaan, saya tak tahu persisi beliau punya kendaraan apa tidak karena bagi saya untuk bertanya hal seperti itu amatlah sensitif dan tidak etis apalagi kepada orang yang jauh lebih tua dari saya. Bagi saya hal yang saya saksikan sendiri dari si Bapak di siang tadi sudahlah menjadi gambaran nyata, bahwa beliau adalah seorang pejuang keluarga. 

Rela tidak pulang per hari walau jaraknya tidak lah di luar daerah, tetapi memilih untuk pulang pergi per seminggu sekali yang dilakukan rutin oleh beliau. Mungkin saja beliau memang berhemat atau ada hal lain yang lebih di utamakan untuk menyambung asap di dapur rumah beliau, biaya sekolah anak beliau, serta biaya-biaya lain yang mesti beliau cari dan akali untuk mencukupinya setiap waktu.

Kata-kata terakhir si Bapak benar-benar saya rasakan tulus, karena selagi si Bapak mengutarakan itu kata-kata itu berasa sampai relung hati saya yang terdalam dan tentu saja bergidik bulu roma dibuatnya. Ah.. Yogya memang istimewa, seperti hari ini keistimewaanmu kau tunjukkan lewat perjuangan hidup Si Bapak berkemeja biru, bercela kain, bersepatu, menyelempangkan tas dan turun di dekat Pasanggrahan yang amat bersahaja dengan kesederhanaanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun