Terungkap sudah KEBUSUKAN 1 JUTA KTP, ada pangakuan dari Teman BTP, bahwa KTP yang didapatkan dan disebutkan sebagai pihak pendukung BTP dengan pembuktian adanya KTP pihak yang bersangkutan, adalah PEMBOHONGAN PUBLIK termasuk banyaknya KTP ganda yang dimasukkan kedalam data yang dinyatakan sebagai data KTP pendukung BTP sejumlah 1 juta lebih KTP. Kalau Teman BTP mengatakan bahwa jumlah KTP Â sudah mencapai 1 juta maka dugaan kami (anggota Teman BTP yang membelot) itu hanya klaim saja karena pengumpulan KTP tetap dilakukan sampai tanggal 28 Juni 2016. Termasuk pembelian copy KTP dari banyak masyarakat oleh PJ (Penanggung Jawab) Kelurahan dimana masyarakat tidak tahu peruntukannya. Ditargetkan untuk setiap PJ Kelurahan harus mendapatkan 140 KTP setiap pekannya.
Ternyata didalam pengumpulan KTP yang dilakukan oleh Teman BTP ini ada hirarkhis organisasi KORPOS (Koordinator Posko) yang mengawasi para PJ Kelurahan, jadi semua Kelurahan di DKI Jakarta dibentuk penanggung jawab PJ Kelurahan, Teman BTP membayar perbulan untuk setiap PJ sebesar Rp.500.000,- jika KOSPOS bisa membentuk 5 PJ maka KORPOS akan mendapatkan Rp.2.500.000,-/bulan, kalau bisa membentuk 10 PJ akan mendapatkan Rp.5.000.000.-/bulan. Diperkirakan sudah terbentuk 40 orang KOSPOS di lebih 40 Kecamatan atau sudah 153 jumlah KORPOS dan PJ Kelurahan. Di DKI Jakarta ada Kotamadya : 6 wilayah; Kecamatan : 42 wilayah; Kelurahan : 265 wilayah; Kabupaten : 1 wilayah.
Saat ini mantan Teman BTP dituduh dalam berbagai sebutan dan pembulian yang terencana dengan menyebut mereka dengan penimbul gosip, mengatas namakan Teman BTP, oknum dari bagian konspirasi menghancurkan Teman BTP, penumpang gelap Teman BTP. Mereka Teman BTP telah melakukan perbuatan berbohong dalam hal pengumpulan KTP, akan tetapi ada orang yang mengungkap kebohongan itu, mereka balik bahwa yang berbohong sebenarnya adalah si pengungkap kebohongan itu. Inilah perbuatan nyata maling teriak maling.
Sebagian kecil keterangan dibawah ini, merupakan pengakuan mantan Teman BTP dari Press Release tadi Pagi di Cikini yang bisa kita saksikan :
1.Teman BTP selalu tidak Demokratis dan Transparan dalam sumber serta pengelolaan keuangan. Kami tidak pernah diberitahu dari mana uang didapatkan dan berapa jumlahnya.
2. Teman BTP menyampaikan beberapa hal yang tidak sesuai fakta dan bagi kami itu kebohongan pada orang banyak (kebohongan publik).
3. Kami mantan Teman BTP takut tersangkut dan terkait dalam perkara Korupsi dengan ramainya berita adanya Indikasi uang Teman Ahok berasal dari Aliran Dana Pengembang yang terkait dengan rencana Reklamasi sebesar Rp.30 M.
4. Hati nurani kami mantan Teman BTP memaksa kami untuk secara terbuka menyampaikan kesaksian ini, sebagai wujud permintaan maaf kami pada Masyarakat.
Selanjutnya mantan Teman BTP ini, mengatakan mereka dipaksa untuk mengejar target tertentu dengan bayaran besar, karena ketidak transparanan manajemen Teman BTP, mereka mantan Teman BTP ini merasa bukan sebagai Relawan akan tetapi sebagai Karyawan sementara dari organisasi dadakan bernama Teman BTP yang sangat kental berkesan sebagai sebuah Perusahaan.
Karena dikejar target dan kami mantan Teman BTP perlu tambahan uang ekstra serta tidak adanya penjelasan yang jelas dan rinci, maka KTP yang kami kumpulkan dan kami dapatkan dengan bermacam macam cara kotor antara lain menggunakan data KTP yang dikumpulkan untuk program KKS Jokowi, membeli dari oknum oknum kelurahan atau Rt/Rw, barter KTP dengan sesama rekrutan Teman BTP di wilayah lain, membeli KTP dari beberapa counter Pulsa serta cara cara yang lain yang sangat kotor.
Dengan target waktu yang demikian cepat, maka dari sekian banyak KTP masyarakat yang dapat mereka  kumpulkan, sebagiannya adalah KTP Ganda dan sebagian besar lagi tidak di berikan oleh pemilik KTP karena kesadaran mereka serta kecurigaan mereka kepada kami.