Penulis sangat banyak membuat tulisan mengenai Pak Jokowi ketika Pilpres dahulu, kalau dibaca lagi sekarang, para pembaca akan mendapatkan pembanding apakah isi tulisan tersebut benar atau salah. Mendekatikah kenyataan yang berlangsung dan terjadi saat ini ? Ketika berbagai tema tulisan itu di terbitkan, penulis mendapatkan sangat banyak umpatan dan cacian dari para pendukung Jkw ketika itu melalui berbagai cara komentar mereka.
Penulis sebenarnya tidak mau terpancing apalagi dipancing untuk menyebut nama lain dari Basuki Tjahaya Purnama (BTP) sang Gubernur DKI yang akan ikut Pemilihan kembali sebagai incumbent. Apalagi di Kompasiana ini adalah merupakan target ajang sosialisasi utama mereka sebagai pasukan penjilat dan propaganda yang dibayar oleh kelompok kekuatan ekonomi tertentu sehingga media sosial terimbas dengan pemberitaan dan pembahasan ramai mengenai diri BTP, dan ini adalah target yang sudah di program lapis tertentu dari kelompok sebenarnya dalang yang ada dibelakang sosok wayang bernama BTP ini. Bahkan admin Kompasiana juga ikut serta tidak NETRAL mendukung keramaian dan kemeriahan untuk membahas sosok BTP. Berbagai cara penjilatan serta upaya membesar besarkan kehebatan BTP di Kompasiana ini, juga merupakan upaya untuk memancing berbagai perseteruan dalam bentuk tulisan sehingga target sasaran mereka kelompok susksesi tercapai untuk memposisikan BTP sebagai sosok yang paling banyak diperbicangkan saat ini.
Ada penulis di Kompasiana ini yang mengundang gelak tawa kita atas irasionalitasnya dalam gaya dukungannya dalam tulisan sehingga berbentuk opini yang sangat berlebihan seolah olah BTP sebagai Tuhan baru kedua mereka. Gaya sosialisasi dan gaya propaganda BTP sangat identik sama dan sebangun dengan gaya konspirasi buruk yang kotor propaganda serta sosialisasi saat Pilpres Jokowi yang lalu. Memang gaya alur politik terapan yang dijalankan mereka dalam jaringan konspirasi suksesi BTP agar menjadi Gebernur DKI untuk kedua kalinya adalah cara cara copypaste saat Pilpres Jokowi, begitu juga pendukung keuangannya masih dari orang orang dari kelompok yang sama disaat mendukung keuangan Pilpres Jokowi-Jk.
Sosok BTP diikutkan pada Pilkada DKI Jakarta pada 2012 mendampingi Jokowi dari Solo adalah sebuah konspirasi yang dilakukan oleh dua kekuatan politik China Komunis dengan kekuatan Fremasonry AS yang selalu kompak tapi kenyataannya masih tarik menarik, karena pihak AS melihat kekuatan kebangkitan ekonomi China di dunia serta mereka di AS juga tidak mau melepaskan begitu saja dominasi kekuasaannya di Indonesia yang bisa mempengaruhi kekuatan dominasi mereka di Asia Pasifik. Segala cara dimainkan baik Politik dan Ekonomi oleh konspirasi China Komunis di Indonesia dan tidak mau kalah juga permainan konspirasi AS. Cerita panjangnya adalah sampai Jokowi diposisikan menjadi RI satu adalah permainan konspirasi kedua kekuatan ini. Khalayak pembaca bisa menarik garis merah dari untaian berbagai keputusan politik dan ekonomi di Indonesia dalam kenyataannya sejak Jokowi-JK menjadi berkuasa hingga kini.
Sekarang kita masuk saja kepada inti tulisan agar tidak dituduh bertele tele seperti yang dilakukan oleh para penulis penjilat sosok BTP selama ini di Kompasiana. Siapa sebenarnya BTP (Zhang Wan Xìe) itu ?
1.BTP adalah sosok yang sudah digalang untuk dicuatkan sejak BTP ada di Belitung lalu menjadi Bupati di Bangka-Belitung Timur-Beltim (2005-2006) pada saat itu BTP dilihat karirnya yang cemerlang dan sudah dimainkan sebuah upaya konspirasi dan politisasi dari kelompok para Kapitalis Pengusaha Besar Turunan China di Indonesia sehingga BTP bisa menjadi seorang Bupati Bangka Belitung Timur. Pada saat BTP menjabat, BTP diduga melakukan korupsi, bahkan kasusnya pernah diusut oleh Mabes Polri pada tahun 2010 entah mengapa tidak berlanjut dan mangkrak. BTP pernah memiliki nama “Basuki Indra” entah mengapa berubah mejadi BTP (upaya lain konspirasi untuk menghilangkan jejak suram masa lalu).
2. BTP berhenti jadi Bupati Beltim pada usia jabatan hanya 1 Tahun 3 Bulan karena mau menjadi Cagub Bangka Belitung (2010). Kalah lawan Eko Maulana. Selanjutnya BTP mendaftar jadi cagub Sumut (karena istri BTP adalah Cina Medan), juga ditolak (artinya banyak kasus manipulasi di Beltim).
3. Pada saat itu dipakailah kekuatan politik partai Gerindra pimpinan Prabowo Subianto (lobbi Ansory Tadjuddin mantan Ka.Bais) yang memang Partai Gerindra sedang terus menanjak tertinggi posisi keterpilihan Partai Gerindra didalam masyarakat. Selanjutnya BTP setelah menjabat sebagai Bupati, dirinya melanjutkan karir Politiknya menjadi sosok di Parlemen sebagai anggota DPR-RI, disinilah ajang permainan konspirasi selanjutnya sehingga dikesankan BTP dari Partai Gerindra adalah sosok yang sangat membela kepentingan rakyat, mediapun dimainkan oleh para konspirator ini untuk selalu mengekspose tingkah laku BTP ini “sebagai tokoh muda bersih, ceplas-ceplos, cerdas, pemberani, nasionalis serta perduli pada nasib rakyat kecil” dengan target agar popularitas BTP semakin mencuat dan menanjak cepat. Hal ini sedang berjalan disaat BTP menjadi Gubernur DKI saat ini. Lalu dimunculkanlah alat alat permainan seperti salah satunya “Teman BTP” katanya untuk menggalang dana suksesi BTP (menjadi bumper dana dibelakang BTP) yang terdiri dari kalangan anak muda yang sangat mudah untuk diperdayakan dengan berbagai cara dan janji prospek cerah palsu masa depan.
4. Partai Gerindra hanya dijadikan anak tangga untuk mencapai target karir politik BTP selanjutnya terbukti BTP menyatakan keluar dari Partai Gerindra (padahal jasa Gerindra cukup besar untuk karir politik BTP sehingga bisa menjadi Wagub DKI Jakarta).
5. Sosok BTP adalah memiliki karir politik sebagai kutu loncat yang tidak memiliki prinsip konsistensi seorang Politisi terpercaya termasuk pernyataan BTP yang mengusulkan pemilihan Gubernur khusus Ibu Kota Jakarta, secara penunjukan langsung oleh Presiden untuk menghemat biaya, dalam beberapa menit kemudian BTP berubah mendukung Pilkada Langsung oleh rakyat. Karena dengan Pilkada sistem pemilihan langsung mempermudah para mafia suara hanya penguasaan media dan money politic bisa memenangkan Pilkada DKI Jakarta.
6. BTP sedang dimainkan oleh kekuatan dibelakangnya untuk tetap sebagai sosok yang sangat tempramental, tegas dan keras untuk menggasak para bawahan karyawan PNS Pemda DKI Jakarta yang sangat banyak Korupsinya selama ini dan memang berhasil. Hal ini dilakukan adalah untuk membentuk CITRA BAIK bagi BTP sebagai sosok yang sangat anti korupsi yang selaras dengan keinginan publik.