Ada benang merah yang nyata antara GIDI (Gereja Injili Di Indonesia) yang menganjurkan penampilan simbol Zionis Yahudi Bintang Daud jauh hari sebelum mereka melakukan penyerangan kepada ummat Islam ketika melakukan sholat Idul Fitrri 1436H tanggal 17 Juli 2015 di Karubaga Tolikara. Berbagai komunitas masyarakat Tolikara membenarkan bahwa GIDI akan mengenakan sanksi denda Rp.500 ribu untuk setiap rumah jika rumahnya tidak dicat biru putih dengan lambang Zionis Yahudi Bintang Daud. Menurut para pengurus GIDI, mereka melakukan gerakan penampilan lambang Zionis Yahudi Bintang Daud adalah untuk menghormati secara khusus seorang pendeta utusan dari Israel Benjamin Berger yang hadir para acara seminar KKR Pemuda GIDI tingkat Internasional pada tanggal 13-19 Juli 2015 di Karubaga Tolikara. Selanjutnya benang merah itu berlanjut kepada seorang Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai yang sangat membela GIDI sebagai pelanggar HAM dengan mengatakan bahwa pengecatan ruko, rumah dan trotoar dengan lambang Zionis Yahudi Bintang Daud adalah sebagai keinginan pribadi warga disana. Selanjutnya Natalius Pigai mengatakan “banyak penganut Kristen di Papua memang mendambakan lambang bintang Daud untuk mengenang Yesus kristus, karena Yesus selalu diagungkan sebagai keturunan dari Raja Daud”. Dari pernyataan Natalius Pigai ini, kita bisa menilai siapa sebenarnya dibelakang dirinya selama ini.
Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) terbentuk dari Kristen Amerika yang dikenal dengan gerakan Kristen Evangelis yang lebih fundamentalis dan radikal dibandingkan dengan pecahan kelompok gereja lainnya. Kristen Evangelis ini sangat mendukung gerakan Zionis Yahudi yang lebih dikenal dengan Gerakan Kristen Zionis. Makanya pada setiap ada acara besar yang dilaksanakan oleh GIDI, selalu ada pemunculan berbagai lambang-lambang dan bendera Zionis Yahudi bintang Daud.
Adanya pengibaran bendera atau lambang-lambang dari Negara asing tanpa izin, apalagi Negara yang tidak memiliki hubungan diplomatik seperti bendera Israel, serta mengabaikan bendera Merah Putih sebagai lambang Negara Indonesia, adalah merupakan penodaan kepada Negara Republik Indonesia serta penodaan kepada bangsa Indonesia. Pengibaran dan pemunculan berbagai bendera dan lambang Israel oleh mayoritas warga di Tolikara, seharusnya ada pelarangan oleh Pemerintah Daerah serta aparat Kepolisian RI setempat harus menindaknya. Pemerintah pusat harus mengangkat kasus ini dan meminta pertanggungan jawab kepada Pemerintah Daerah di Tolikara. Hal ini sangat jelas sudah menodai bangsa dan Negara Indonesia yang dilakukan oleh sekelompok orang terkait GIDI di Tolikara.
Kelompok gerakan Injili masuk ke Indonesia sejak tahun 1950-an dari Amerika Serikat dan Eropa. Oleh kelompok Injili di Inggris mengirimkan para misionaris mereka untuk melayani beberapa gereja dan lembaga Kristen di Indonesia melalui Overseas Missionary Fellowship (OMF). Tokoh Kristen Evangelis Pat Robertson (2013) pernah mengatakan bahwa Islam bukanlah agama (Huffington Post). Dikatakan oleh Pat Robertson, “Setiap kali kalian lihat – orang-orang yang marah itu, kelihatannya sifat kesetanannya yang mendorong mereka untuk membunuh dan melukai dan menghancurkan, serta meledakkan dirinya sendiri,” kata Robertson tentang Islam. “Itu sebuah agama kekacauan.” Bagi kita ummat Islam, kita bisa menilai betapa bodohnya tokoh Kristen Evangelis Pat Robertson ini yang hanya menilai Islam dari kejadian yang bersifat kasuistis dan inilah upaya mereka untuk menimbulkan Islamophobia dunia. Kita kaitkan dengan kasus Tolikara adanya palarangan Sholat Idul Fitri dan pelarangan memakai Jilbab bagi muslimat serta pembakaran pemukiman dan masjid adalah sebagai kepatuhan kepada Pat Robertson yang dungu itu. Apalagi Paul Golding dari Britain First aktivis Evangelis serta para kelompoknya sering menyerang sejumlah masjid di Inggris serta membagi-bagikan Bibel kepada ummat Islam dan menurut mereka sebagai bagian awal dari kampanye “Perang Salib Kristen” dijalan-jalan kota Inggris. Adanya pernyataan yang disampaikan oleh PGLII Ronny Mandang bahwa semua korban dalam kerusuhan Tolikara adalah jemaat Gereja Injili Di Indonesia (GIDI). Artinya jemaat GIDI-lah yang menyerang serta melempari ummat Islam yang sedang melaksanakan sholat Idul Fitri dan mereka akhirnya berhadapan dengan aparat keamanan yaitu Kepolisian RI karena mereka juga menyerang dan melempari aparat Kepolisian serta melakukan pembakaran itu. Seperti inikah Perang Salib Kristen yang dikumandangkan Paul Golding yang diterapkan Kristen Evangelis GIDI di Tolikara Papua ?
Semua rakyat Indonesia sangat berharap agar penegakan hukum yang dijalankan di Karubaga Tolikara benar-benar sebuah penegakan hukum yang adil sebagaimana janji Presiden Jokowi serta janji para petinggi GIDI dan Pemda setempat. ."Saya jamin, hukum akan ditegakkan setegak-tegaknya, bukan hanya untuk pelaku kriminal di lapangan tetapi juga semua pihak yang terbukti mencederai kedamaian di Papua”."Masalah ini harus diselesaikan secepatnya agar ke depan tidak terjadi lagi kekerasan di Tanah Papua," kata Presiden Jokowi. Adanya upaya kuat untuk hanya memunculkan tokoh rekayasa atau tokoh palsu yang dibayar dalam kasus Tolikara, sangat jelas terlihat dan kami mengharapkan pihak Kepolisian RI jangan terpengaruh atas permainan kotor ketidak adilan penegakan hukum di Indonesia.
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang baik, ingin mengingatkan kepada Pemerintah Pusat terutama kepada BIN agar lebih cermat serta mampu menjalankan pengawasannya serta pengintaiannya sampai kepada seluruh Pemerintahan Daerah agar mampu mengetahui secara mendalam tentang berbagai kegiatan kemasyarakatan yang berkaitan dengan agama. Apakah mereka sebagai agama yang hanya ditunggangi oleh kekuatan sebuah ideologi asing yang kuat, sehingga suatu saat agama yang mereka tunggangi itu dijadikan sebagai alat untuk melakukan perpecahan atau politik adu domba agar NKRI ini kedepan menjadi runtuh. Waspada disini. (Abah Pitung)
Surat GIDI di Tolikara Intoleransi.
Para K'ner Pendukung dan Kaki Busuk Zionis Yahudi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H