Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hanya Para Monyet yang Ada di Republik Pisang

11 September 2015   08:23 Diperbarui: 11 September 2015   08:45 615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penulis memperhatikan selama JK menjadi Wapres pada Kepemimpinan Jokowi, terlihat nyata tidak ada kekompakan yang besinergi diantara mereka berdua. Lalu kita sebagai rakyat bertanya-tanya ada apakah gerangan yang membuat kedua orang ini tidak begitu solid didalam kepemimpinan Nasional saat ini. Kita berharap, adanya sinergi antara JK dengan Jokowi sehingga bisa mengurangi beban kepemimpinan serta permasalahan yang sedang dihadapi Indonesia saat ini. Atau memang Presiden Jokowinya yang tidak memiliki kemampuan leadership yang mumpuni dan baik dimana beliau menjadi Presiden disaat tantangan intern dan ekstern Nasional yang eskalasinya cukup besar.

Penulis memperhatikan, dengan Jokowi mengajak Rizal Ramli menjadi seorang Menko, ini adalah petanda bahwa Jokowi sebenarnya tidak mampu menghadapi persoalan yang dihadapinya dalam mengatasi permasalahan para Menterinya juga seorang Wapres. Terbukti disaat Rizal Ramli selesai dilantik, terjadilah berbagai reaksi gerah dari beberapa Menteri dan juga Wapres atas ketidak setujuan Rizal Ramli (RR) dari beberapa kesepakatan yang telah mereka rencanakan semula. Maksud RR adalah baik, untuk kembali meninjau dan mengkoreksi beberapa perencanaan sehingga masuk akal atas percepatan realisasinya serta pencapaian targetnya dan tidak merugikan pembangunan Nasional.

Bankan beberapa pengamat dan Menteri menganggap kehadiran RR telah menimbulkan kegaduhan serta pemecah kesinergian diantara beberapa Menteri. Justru kehadiran RR menurut pandangan penulis adalah untuk mengajak saling koreksi yang sesuai dengan kemampuan Nasional, sehingga beban hutang bagi rakyat kedepan tidak terlalu memberatkan. Hutang Negara yang besar, membuat posisi negosiasi Indonesia bisa sangat melemah terhadap Negara pemberi hutang kedepan. Mengapa kehadiran RR tidak ditanggapi positif dengan ikhlas serta kepala dingin dari beberapa Menteri dan seorang Wapres.

Justru ke-egoan masing-masing akan menimbulkan kegaduhan tersendiri. Malah reaksi negatif terhadap kehadiran RR inilah yang sebenarnya membuat kegaduhan, bukan RR-nya sebagai sumber kegaduhan. Disinilah sebenarnya titik sentral permasalahan Presiden Jokowi sehingga rela mengajak Rizal Ramli bergabung dalam Kabinet Kerja. Artinya, memang Presiden Jokowi sangat lemah untuk bisa tegas menghadapi para Menteri dan Wapres yang sekarang merasa gerah atas kehadiran RR.

Penulis perhatikan juga, ada seorang Ketua Tim Ahli Wapres RI Jusuf Kalla bernama Sofyan Wanandi yang selalu mengintil dibelakang JK. Kita semua selalu menyaksikan dimana ada JK disitu ada Sofyan Wanandi (seorang pengusaha keturunan dari Palembang). Bagi kita sebagai masyarakat, memperhatikan hal seperti ini, berkesan ada sesuatu konspirasi bisnis yang kuat sedang di olah dan dituju oleh Sofyan Wanandi untuk kepentingan bisnisnya tentu. Kita mengetahui JK dan Sofyan Wanandi (SW), keduanya sebagai pengusaha besar di Indonesia. Anda semua tahulah, tidak ada makan siang yang gratis.

Coba anda perhatikan apa kata Sofyan Wanandi yang bukan wewenangnya turut campur memperkeruh kegaduhan baru adalah, pernyataan SW yang hanya sebagai Ketua Tim Ahli Wapres mengatakan (8-10/9/15) “Rizal Ramli harus ditertibkan dan dia tidak berhak untuk memangkas program pembangunan pembangkit listrik berkapasitas 35.000 MW itu.  "Kalau saya sebagai pribadi, Presiden harus tertibkan, yang begitu-begitu tidak bisa ditoleransi. Akhirnya kan bingung investor di luar, Presiden Jokowi terlalu mudah diintervensi oleh Rizal Ramli, Memangnya ini Negara apa, banana republik memang ?" kata Sofjan Wanandi di kantor wakil Presiden.

Pernyataan Sofyan Wanandi  tentang republik banana ini, mendapat reaksi keras dari Kwik Kian Gie serta balik menuduh pada Sofyan Wanandi dengan mengatakan "bukankah anda yang membuat negeri ini menjadi republik banana". Pernyataan Kwik ini dimuat dalam halaman facebooknya. Selanjutnya pernyataan lengkap Kwik Kian Gie : “Wahai Sofyan Wanandi, anda itu Kepala Staf ahli Wakil Presiden. Kalau lantas ikut-ikutan marah tentang sikap dan tindakan Menko Rizal Ramli, marah kepada Presiden yang membiarkan keputusannya tentang proyek 35.000 megawatt listrik dikoreksi oleh Menko-nya, terus menyebut Republik ini menjadi Banana Republik atau Republik Pisang, bukankah anda yang menjadikan RI menjadi Republik Pisang. Kalau sudah Republik Pisang, yang paling cocok menjadi Presiden memang Sofyan Wanandi. Saya ingin menyumbang lagu kebangsaan, yaitu lagu “Banana Boat” yang dinyanyikan oleh Harry Belafonte”. (Kwik Kian Gie-Kamis 10/9/2015).  

Memang cara mengintilnya Sofyan Wanandi selalu dibelakang JK, sangat mencurigakan banyak masyarakat dan kini terjawab sudah, bahwa ada kepentingan tertentu dari SW yang selalu mendompleng JK sebagai Wapres. Kepentingan itu adalah bisnis pembangunan sumber listrik kapasitas 35.000 MW dengan beberapa pengusaha China serta peluang bisnis lainnya. Setahu penulis, didalam sebuah Republik Pisang, rakyatnya adalah para monyet yang berasal dari hutan belantara. (Abah Pitung)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun