Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Upaya Pengkotakan Ummat Islam Indonesia

25 Juni 2015   09:02 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:13 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah sejak zaman penjajahan Belanda dahulu, bumi Nusantara ini, sudah menjadi target incaran dunia Barat setelah kejayaan mereka dalam Revolusi Industri. Apalagi setelah peran tangguh upaya mulus secara taktis dan strategis dari para Walisongo yang mampu meng-Islamkan berbagai kerajaan yang saat itu mayoritas berpaham Hindu serta Animisme. Selanjutnya terbetiknya di Eropah munculnya gerakan Islamisasi ekonomi Nusantara dari berbagai Kerajaan yang mencitrakan persaudagaran dan perdagangan ekspor hasil bumi yang juga sangat dibutuhkan oleh bangsa Eropah. Ketertarikan ekonomi dengan paham Kapitalisme mereka dengan perkembangan Islam Nusantara, inilah yang menjadi magnet motivasi untuk datang ke Nusantara agar bisa mengeksplorasi lebih dalam dan lebih lama yang akhirnya menjadi upaya penjajahan dari Etnis Bangsa Eropah yang diwakili Bangsa Belanda terhadap Nusantara. Untuk mencegah perkembangan lebih lanjut dari Islam, Belanda meninggalkan Ideologi Nasrani atau ideologi Kristen Protestan yang dilanjutkan dengan ideologi Katholik oleh Bangsa Portugis. Inilah dua ideologi yang ditinggalkan para Kapitalis penjajah dari Etnis Bangsa Eropah yaitu Belanda dan Portugis. Semua ini, baik Protestan dan Katholik adalah tunggangan dari kelompok konspirasi Kapitalisme Zionisme-Freemasonry-Illuminati. Perhatikan saja didalam pola budaya penjajahan Belanda terlihat sekali lambang-lambang Zionisme-Freemasonry-Illuminati termasuk dalam lambang VOC. Dengan kata lain, penjajahan Belanda sudah lama ditunggangi oleh konspirasi Zionisme-Freemasonry-Illuminati.

Adanya upaya terencana untuk mencuatkan gagasan Islam Nusantara, yang didalamnya adanya gerakan wacana penolakan yang disebut dengan Arabisasi Indonesia, adalah tuduhan yang tidak berdasar selama ini dan itu hanya dimunculkan oleh berbagai kelompok dari kaki tangan permainan konspirasi Zionisme-Freemasonry-Illuminati melalui mulut para hater terhadap perkembangan Islam Indonesia. Istilah Arabisasi adalah tuduhan yang sering dilontarkan para hater Islam untuk memperkuat opini Islamophobia di Indonesia. Kita perhatikan Islamophobia di Barat tidak mendapatkan tanggapan dan malah tidak laku dan diabaikan banyak kalangan masyarakat Barat. Oleh karena itu, jualan propaganda mereka tentang Islamophobia ingin dipindahkan ke Indonesia yang tentu saja lebih tidak laku lagi.

Salah satu upaya kotor mereka di Indonesia adalah ketika acara Isra’ Mi’raj di Istana Negara yang memunculkan membaca Al Qur’an versi langgam JAWA dan sebelumnya ada pembacaan Al Qur’an langgam Jawa pada saat berlangsungnya penutupan Musabaqah Hafalan Al Qur’an tingkat Asia-Pasific 26 Maret 2015 yang tidak merupakan pakem didalam syariat Islam dalam membaca Al Qur’an berhasil mereka tampilkan sehingga mendapat hujatan dan protes dari berbagai kalangan dan tokoh ummat Islam Indonesia. Bahkan membaca Al Qur’an langgam Jawa sudah lama diharamkan oleh ummat Islam. Inilah upaya kotor mereka ingin membuat pola pengkotakan ummat Islam Indonesia dengan ummat Islam dunia. Taktik strategi kotor cara membaca Al Qur’an versi langgam JAWA, adalah sangat menghina serta mendiskreditkan ummat Islam Indonesia. Dalam membaca Al Qur’an (Tilawah, murotal, tadarus, qiro’ah) selama ini, ummat Islam Indonesia sudah memiliki pakem yang baku tidak bisa dirubah apalagi diutak-atik dan sudah sama dan sesuai dengan pakem membaca Al Qur’an Internasional. Alangkah kacaunya nanti jika membaca Al Qur’an versi langgam Sunda, langgam Batak, langgam Papua, langgam Aceh, langgam Palembang, langgam Makassar. Inilah yang kita namakan upaya konspirasi kotor pengkerdilan Islam dengan seolah-olah menghargai nilai-nilai budaya etnis tertentu yang akhirnya akan memancing perencanaan pengkotakan Islam Internasional.

Memang sekarang ini, ada kekuatan kelompok tertentu dibelakang Pemerintahan Jokowi yang menginginkan Islam di Indonesia dibedakan dengan Islam secara Internasional. Kekuatan itu berupa sebuah konspirasi untuk mengkerdilkan posisi ummat Islam Indonesia sehingga PERSATUAN DAN KESATUAN UMMAT ISLAM DUNIA tidak dapat terwujud lebih cepat karena adanya upaya kuat PENGKOTAKAN UMMAT ISLAM DUNIA yang gagal terus. Ummat Islam di Indonesia adalah ummat Islam terbesar didunia, wajar oleh mereka yang berkonspirasi kotor dibelakang Pemerintah saat ini untuk mengkotakkan ummat Islam Indonesia agar berbeda dengan ummat Islam dunia. Upaya membaca Al Qur'an versi langgam JAWA (yang sudah diharamkan) adalah salah satu cara kotor mereka. Makanya kita waspada dan jangan mau terpengaruh oleh kekuatan konspirasi itu (Zionisme + Gospelisme + NeoKapitalisme + NeoKomunisme + NeoAtheisme + NeoAnimisme + Liberalisme + Amadiyahisme + Syiahisme). Walaupun Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin sudah meminta maaf dan beristighfar kepada Allah dan mengaku bersalah atas pembacaan Al-Quran dengan langgam Jawa, kita ummat Islam harus terus waspada setiap saat, karena mereka para hater Islam akan terus menguji serta menghancurkan ummat Islam Indonesia. Dilantunkannya bacaan Al Qur’an langgam Jawa di Istana Negara, merupakan kebobolan bagi ummat Islam Indonesia. Kesadaran untuk selalu menggalang persatuan dan kesatuan ummat Islam adalah yang terpenting kini dan kedepan. (Abah Pitung)

 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun