Mohon tunggu...
Abah Pitung
Abah Pitung Mohon Tunggu... -
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Pengamat Politik & Sosial Ekonomi yang sangat Sadar pada tingkat bawah sadar. Sangat setuju agar Koruptor besar dihukum mati dan perilaku mereka sebenarnya sudah mengabaikan serta meniadakan Allah SWT., dalam kehidupannya ketika berbuat korupsi. KORUPTOR adalah PENJAHAT NEGARA dan BANGSA INDONESIA sampai dunia kiamat. Vonis hukuman bagi Koruptor, bukanlah nilai yang bisa impas atas kejahatan Korupsi. Email ke : abahpitungkite@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Fatalis Jokowi, Tidak Baca yang Ditanda Tangani

12 April 2015   01:29 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:14 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada seorang Presiden di Indonesia, tidak mengetahui isi naskah Perpres yang dia tanda tangani sendiri dan itu terjadi. Karena banyaknya orang yang mengkritisinya serta membicarakannya, akhirnya Presiden Jokowi membuat lagi Perpres baru khusus untuk pencabutan atas Perpres terdahulu.

Inikah arti kerja-kerja-kerja yang Jokowi kumandangkan ketika pertama kali melakukan pelantikan Kabinet Kerja  yang membuat banyak orang terkesima bahwa akan ada sebuah perubahan dibawah kepemimpinan Jokowi. Kenyataan yang terjadi ketika baru mencapai 100 hari menjabat sebagai Presiden, sangat banyak kerja yang dilakukan oleh Presiden Jokowi yang senyatanya memberatkan kehidupan seluruh rakyat Indonesia. Termasuk pembuatan Perpres yang sangat menyia-nyiakan waktu itu yaitu menanda tangani tanpa membaca terlebih dahulu apa yang akan dia tanda tangani. Termasuk penentuan Kapolri yang bisa berbulan-bulan lamanya. Ini adalah kerja Presiden Jokowi yang sangat membuang waktu.

Semua masyarakat yang mendengar dan menyaksikannya sangat kecewa dengan tindakan Presiden Jokowi tersebut dan perbuatan itu sangat berbahaya serta fatal bila dilakukan pada level kepemimpinan sebuah negara.

Tindakan konyol yang telah dilakukan oleh Presiden Jokowi, walaupun sudah tidak diberlakukan Perpresnya, akan tetapi sebuah keteledoran yang amat sangat fatal telah pernah dilakukan oleh seorang Presiden Jokowi.

Kedepan akan bagaimana jika sebuah naskah kesepakatan kenegaraan dalam bentuk bahasa Internasional akan ditanda tangani oleh Presiden Jokowi lalu isi dan makna kalimatnya tidak bisa dipahami oleh Jokowi ? Akankah naskah itu ditanda tangani seperti menanda tangani Perpres itu ? Akan kemana arah Negara Indonesia ini.

Luar biasa hebatnya perlambungan opini tentang figur Jokowi ini, baik sebelum dan setelah menjadi Presiden sehingga sangat besar harapan yang dibebankan kepundak Jokowi. Ternyata perlambungan yang bombastis tersebut hanya rekayasa saja dan kenyataannya tidak sesuai dengan apa yang dikatakan dan disampaikan oleh para pendukung Jokowi, termasuk para penjilatnya diberbagai media. Lucunya, dengan adanya kekonyolan Jokowi akhir-akhir ini, masih saja ada yang membela serta menutupi kesalahan tersebut dengan cara berbagai siasat kotor pembenaran yang sangat menyesatkan publik.

Termasuk ada beberapa penulis di Kompasiana ini, yang sangat tanggap melakukan pembelaan dan pengelabuan atas kekonyolan Jokowi. Sehingga citra yang selama ini di bentuk diharapkan tidak terhancurkan menurut pendapat mereka. Padahal kenyataan di masyarakat opini yang terjadi adalah citra Jokowi sudah sangat menurun dan sangat anjlok. Bahkan sampai dibuat sebuah opini adanya kaitan atau skenario dengan seorang pemuda 21 tahun sampai berani menaiki rongga ban pesawat terbang komersial dari Pekanbaru ke Jakarta hanya untuk bisa bertemu Presiden Jokowi. Artinya, ada kesan masih ada orang yang berani sampai mengorbankan jiwanya hanya untuk bertemu sang idolanya Jokowi dan peristiwa ini sudah sewajarnya diadakan penelitian dan investigasi apakah ada kaitan politisnya penyusup penumpang gelap tersebut. (Abah Pitung)


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun