Mohon tunggu...
Abah Faiq
Abah Faiq Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Suka Ilmu, Senang Menulis, Cinta Keadilan, Benci Kedzaliman

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Prabowo, Joko Widodo, atau yang lain?

6 Mei 2014   20:25 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:48 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pemimpin adalah panutan. Ucapannya menjadi rujukan, langkahnya menjadi ikutan, perilakunya menjadi teladan, keputusannya adil dan menentramkan. Ke mana pun ia beranjak dan di mana pun ia berpijak hadir menjadi pelayan, pelindung, pengayom rakyatnya. Ia dihormati bukan dicaci, ia dicintai bukan dimaki, ia disegani bukan ditakuti.

Sejak terbebasnya dari cengkraman tangan para penjajah, bangsa ini telah mempunyai enam pemimpin. Soekarno, Muhammad Soeharto, Bacharuddin Jusuf Habibie, Abdurrahman Wahid, Dyah Permata Megawati Setyawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Soekarno memimpin orde lama, Soeharto memimpin orde baru, Habibie memimpin masa peralihan dari orde baru ke orde reformasi, sedangkan Gusdur, Megawati, dan SBY memimpin orde reformasi.

Tak ada gading yang tak retak, begitulah peribahasa mengatakan. Tak ada manusia yang sempurna dan tak ada pula manusia yang cela selamanya. Setiap mereka punya kelebihan dan kekurangan, punya kekuatan dan kelemahan. Biarkanlah mereka tercatat sebagai tokoh dalam sejarah bangsa. Who is the next leader?

Pada dasarnya, di negeri ini siapapun berkesempatan menjadi pemimpin. Tak peduli asal suku, etnis, agama, profesi, jabatan, atau latar belakang pendidikannya. Petani, kyai, akademisi, seniman, pengusaha, pejabat, atau siapapun dia berhak dicalonkan sebagai pemimpin bangsa. Tentu saja ia harus tunduk pada aturan dan ketentuan yang berlaku.

Ketentuan mengenai capres dan cawapres diatur oleh UU no 42 tahun 2008.Berdasarkan aturan UU tersebut pencalonan pasangan capres dan cawapres harus diusung oleh parpol atau gabungan parpol yang mendapatkan minimal 25% suara di pemilu legislatif atau 20% kursi di DPR yang setara dengan 112 kursi.

Pemimpin bangsa pada 2014

Enam puluh empat hari lagi bangsa ini akan memilih. Memilih pemimpin bagi seperempat miliar umat manusia yang tersebar di 34 provinsi. Mendaulat kepala negara bagi 1.340 suku bangsa yang ada di nusantara. Mengangkat presiden bagi negara pemilik 17.504 pulau dan 546 bahasa. Menentukan imam bagi negeri beragam agama, yakni Islam, Protestan, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.

Pemimpin bangsa terpilih nanti diharapkan menjadi panutan bagi seluruh rakyatnya. Manakala ia berucap, ucapannya adalah kebenaran bukan kedustaan. Sehingga perkataannya dapat dipertanggungjawabkan dan menjadi rujukan bagi pencari kebenaran.

Ketika ia melangkah, langkahnya tegas jauh dari keraguan dan kebimbangan karena pijakannya adalah kebenaran Tuhan Yang Maha Rahman. Sehingga setiap langkahnya menjadi ikutan bagi semua pemburu keridhaan-Nya.

Perilakunya mulia jauh dari kemunafikan dan penciteraan karena jabatan yang ia pegang disikapinya sebagai amanah yang harus ditunaikan bukan kehormatan. Sehingga kepribadiannya menjadi teladan bagi siapa saja yang ingin hidup dalam keberkahan.

Keputusannya adil dan menentramkan semua pihak karena landasannya adalah kebenaran Tuhan bukan kebenaran manusia yang terkadang bersebrangan. Sehingga semua rakyat menghormatinya, mentaatinya, dan menerimanya dengan penuh kelapangan.

Pemimpin seperti itu dekat dengan rakyatnya, mendengar dan menindak lanjuti keluhan dan harapan masyarakatnya, melayani dan mengayomi kepentingan warganya, melindungi kaum lemah dan terdzalimi, menindak tegas kaum perusak dan pembuat onar, menjaga martabat bangsa di hadapan masyarakat dunia. Ia tampil sejajar di hadapan tokoh-tokoh dunia.

Siapakah sosok yang paling layak memimpin bangsa untuk lima tahun ke depan? pertanyaan ini akan terjawab setelah semua rakyat menentukan pilihannya pada 9 Juli 2014 mendatang. Pepatah mengatakan, pemimpin adalah cerminan rakyatnya. Kualitas pemimpin mencerminkan kualitas pemikiran, pengetahuan, keyakinan, budaya, dan adat istiadat masyarakatnya.

Semoga yang nanti kan terpilih adalah sosok pemimpin bangsa sesuai harapan yang bukan penentang kebenaran dan keadilan Tuhan. Bukan pula produk media atau penggemar penciteraan.

Jakarta, 6 Mei 2014

Salam Persaudaraan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun