Tradisi yang berkaitan dengan sejarah dan kebudayaan di Kota Banjar, terutama menjelang bulan suci Ramadhan ternyata banyak sekali.Â
Sayangnya, hal ini jarang diketahui oleh publik, karena beberapa faktor. Salah satunya adalah keberadaan Kota Banjar yang terbilang masih baru.Â
Masyarakat di Indonesia, masih banyak yang mengira bahwa kota tempat saya tinggal, Banjar, adalah Banjarmasin, dan ada juga yang menyangka Banjarnegara.Â
Sebagian mengira bahwa kota kami masih berada di wilayah pemerintahan Kabupaten Ciamis. Padahal sejak 2003, Kota Banjar telah resmi berdiri sebagai kota otonom.Â
Kembali ke tradisi menjelang Ramadan. Menurut penuturan Kasie Cagar Budaya dan Permuseuman Kota Banjar, Dadang Darulkutni, SH., S.Pd., di Kota Banjar, terdapat tradisi Ngikis dan Nyalin dilaksanakan beberapa hari sebelum Ramadan tiba.Â
Tradisi NyalinÂ
Nyalin berasal dari Bahasa Sunda, artinya mengganti. Penutup di makam Singaperbangsa diganti dengan kain yang baru, mengandung makna filosofis bahwa menjelang Ramadan, hati, pikiran dan perbuatan harus benar-benar bersih dan siap menghadapi bulan yang penuh berkah.Â
Dalam tradisi nyalin yang digelar di makam Singaperbangsa, di wilayah Cikadu, Kelurahan Karangpanimbal, Kecamatan Purwaharja, para tokoh agama, budayawan, unsur pemerintahan terkait, serta masyarakat melakukan tawasul dan do'a bersama.Â
Sekedar informasi, bahwa Raden Dalem Singaperbangsa yang makamnya ada di Kota Banjar adalah ayahanda dari Raden Singaperbangsa IV, yang menjadi Bupati Karawang pertama.Â