Selamat sore teman-teman Kompasianer, baik yang sudah keriput maupun yang masih seger, he. Maaf bercanda. Maklum orang Sunda. Sunda kan singkatan dari suka bercanda. Hihi. Kali ini saya akan  bercerita tentang keunikan Bahasa Sunda. Â
Entah kenapa, sejak kecil saya sangat senang belajar bahasa apapun. Mungkin karena faktor keturunan. Kakek buyut saya, konon seorang ahli bahasa di zaman Belanda, sehingga diberi gelar Raden oleh pemerintah kolonial, yaitu Raden Sastrawinata. Almarhum hidup di daerah Kecamatan Cihurip Kabupaten Garut.Â
Nenek moyang saya pun sebetulnya orang kaya, dengan jumlah harta sangat banyak, cukup untuk 7 turunan, dan saya, adalah turunan ke-8, he-he. Mohon maaf bercanda lagi.Â
Baca juga : Mengedukasi Mereka Agar Tak Gengsi Bertani
Oh iya, kembali ke topik nih, saya mau berbagi sedikit tentang Bahasa Sunda. Bahasa ibu yang saya gunakan dalam kehidupan sehari-hari.Â
Bahasa Sunda memiliki kekhasan dan keanekaragaman yang luar biasa. Sejumlah kata, baik kata kerja maupun kata benda, digunakan berbeda untuk masing-masing orang, sesuai dengan usia dan strata sosial orang yang menjadi lawan bicara. Istilahnya disebut sebagai undak usuk basa, atau tatakrama dalam menggunakan bahasa.Â
Contoh, kata pergi, dalam Bahasa Sunda, untuk orang dewasa Bahasa Sundanya adalah angkat. Untuk orang yang usianya setara dan di usianya di bawah kita, bahasa Sunda dari pergi adalah indit, sedangkan untuk diri sendiri, Bahasa Sundanya adalah mios.
Contoh lain, kata benda rumah. Untuk orang yang usia dan atau status sosialnya di atas kita, kita menyebutnya "bumi". Saat kita mengobrol dengan teman yang sudah akrab, Bahasa Sunda dari rumah adalah "imah". Ketika kita menyebut rumah untuk rumah kita, maka Bahasa Sundanya adalah "rorompok". Ada lagi kosakata dari rumah yang kasar, misalnya gogobrog, tapi itu kasar sekali.Â
Kata "saya", dalam bahasa Sunda pun banyak. "Abdi" (untuk digunakan saat lawan bicara kita usia dan status sosialnya di atas kita), "Urang" (digunakan untuk mengobrol dengan  teman yang akrab), dan ada juga yang lebih kasar yaitu "Aing". Kata "aing" menunjukkan keakraban yang sangat dekat, tapi kadang dianggap sangat kasar jika digunakan saat orang Sunda sedang marah kepada lawan bicaranya.Â
Baca juga :Â Buku Rujukan Bahasa Inggris untuk Pemula
Saya kini berprofesi sebagai guru Bahasa Inggris. Dan kadang orang bertanya sambil bercanda,"Adakah kosakata Bahasa Sunda yang berasal atau diserap dari Bahasa Inggris?". Maka saya jawab dengan bercanda pula. "Ada". Ini jawaban detailnya.Â