Sepakbola merupakan bisnis dan industri yang besar di Indonesia. Beberapa hari yang lalu, di tipi kabel yang saya langganani, ada surat menyatakan bahwa Indonesia Super League bisa dilanggan. Dengan menghubungi pengelola di kontak tertentu. Padahal saat itu suasana masih huru - hara. Dua klub dilarang bertanding, sponsor besar muncyl dari Qatar. Sepertinya memang uang dan roda industri disini cukup kencang. Ketika perselisihan terjadi, para pengurus PSSI me-lobby Anggota DPR yang Terhormat, kemudian juga ada perbedaan pendapat antara BOPI dan KONI.
Siang ini berita-berita tentang Pembekuan PSSI mulai beredar di media online nasional. Beberapa mungkin agak telat, karena menunggu sikap resmi dari pemilik media yang juga punya saham di klub sepakbola hehehe :). Beberapa media online memprovokasi massa pembacanya, dengan terang-terangan meminta pembaca memberi komentar di tulisannya. Emang itulah fungsi media, memanaskan suasana.
Padahal kita rakyat kecil hanya ingin agar sepakbola Indonesia maju. Dan kita juga tahu bahwa FIFA adalah lembaga swasta yang mengatur kompetisi sepakbola se dunia. Dengan independensinya ia muncul sebagai pemegang kasta fairplay. walaupun dalam kenyataannya banyak friksi antara harapan dan kenyataan. Sepakbola adalah olahraga yang paling digemari oleh bangsa Indonesia.Sehingga menjadi kebanggaan bangsa. PSSI ingin bebas dari intervensi pemerintah, tetapi apakah PSSI menggunakan uang negara? fasilitas negara? Tentu saja hal-hal tersebut perlu diklarifikasi.
Bangsa ini terlanjur sayang pada Timnas Sepakbola. Tetapi jika PSSI dipegang oleh orang-orang yang juga berpolitik praktis, maka akan terjadi konflik kepentingan. Salut dengan Menpora saat ini yang berani bersikap keras terhadap PSSI. Sesuai dengan keinginan besar masyarakat luas, untuk membenahi PSSI. Dapat sanksi gak apa-apa, lalu dimulai dari awal lagi menyusun cetak biru sepakbola nasional. Jangan hanya ingin hasil instan dengan naturalisasi pemain asing :)
Pada berita-berita online juga dijelaskan, bahwa PSSI tidak diakui, tetapi liga tetap bergulir dengan pengawasan dari Asosiasi tingkat Provinsi. Berarti yang tidak diakui adalah tingkat pusat. Bisnis PSSI mungkin agak limbung, kita tunggu bagaimana beritas selanjutnya. Ketua yang terpilih saat ini sedang dalam bidikan kasus Korupsi. Kok bisa terpilih? Itulah realita masyarakat kita. Bahkan Nurdin Halid bisa maju saat dulu, bukankah BG yang riwayat bisnis anaknya cukup "aneh" juga bisa terus dijunjung keatas. Itulah bangsa kita. Harus ada kekuatan media sosial yang berhati nurani mendorong kemajuan. Konon, gara-gara terus menerus di-bully di media sosial, maka Jokowi, dan SBY (dulu), harus merevisi kebijakannya dengan dalih tertentu yang cukup "smart". hehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H