Perjalanan pertama kali ke Pulau Madura dibulan Oktober kemarin, merupakan perjalanan dinas dari tempat kerja, yang mengadakan program PSKGJ dengan sebuah yayasan di Kabupaten Sampang. Program ini membuka peluang untuk peningkatan kualifikasi guru, terutama guru sekolah dasar.
Gambar 1: Suasana Pasar Malam di Alun-alun Kabupaten Sampang, Pulau Garam Madura
Perjalanan menuju Madura ditempuh dengan pesawat udara dari bandara Halim Perdana Kusumah. Sebuah kebetulan yang menyenangkan bahwa ternyata Abdul Halim Perdana Kusumah yang namanya diabadikan adalah putera Madura. Berangkat ke Madura dari bandara dengan nama pahlawan nasional asal Madura.
Gambar 2Â (versi thumbnail) rekan-rekan seperjalanan ke Madura saat mengunjungi Pameran Pembangunan Sampang 2014.
Perjalanan udara dengan maskapai ctl dilanjutkan dengan menggunakan bis kecil carteran. Perjalanan ke Madura ditempuh sekitar tiga jam. Berhenti di suatu rumah makan kecil pinggir jalan yang konon terkenal karena sudah pernah dikunjungi oleh pakar ahli makanan tingkat nasional. Masakannya kok asin-asin yaah, mungkin karena sudah malam atau memang selera lokal yang seperti itu ;)
Gambar 3. Penthol adalah jenis makanan jajanan khas disini. Namun jika dibaca oleh orang dari budaya lain, maka kata penthol mama bisa membuat pembaca mengernyitkan dahi :) Sebelahnya adalah salahsatu stand milik pemerintah di kota Sampang.
Sesampainya di lokasi, kabupaten Sampang, kami menginap di wisma PKPRI. Sebuah unit usaha milik pemerintah setempat, semua karyawannya saat itu memakai pakaian dinas pegawai negeri warna coklat atau kuning (?) khas pegawai negeri. Karena sudah malam, maka tidak banyak yang dilakukan saat itu, hanya sedikit menengok suasana kota yang agak sepi ini.
Gambar 4. Karya siswa yang menjadi kebanggaan bagi warga masyarakat. Teruslah berkarya anak-anakku :)
Madura adalah satu bagian dari Jawa Timur yang cukup panas. Bahkan saking panasnya, banyak warga yang beraktifitas di malam hari, karena siang begitu panas. Mereka istirahat di waktu siang.
Gambar 5. Suasana malam hari di situs Api Alam (Api Nan Tak Kunjung Padam) di Pulau Madura
Masyarakat sekitar Sampang masih banyak yang memakai sarung dalam kesehariannya. Menurut candaan beberapa teman Madura, kalau yang pegawai mereka memakai sarung sejak sholat ashar. Terus dipakai sampai Magrib dan Isya. Sesudah Isya baru sarungnya dibuka….. diganti dengan selimut karena mau tidur hehehehe….!
Kalau masyarakat biasa, mereka sehari-hari memakai sarung. Apalagi kaum santri, ustadz dan kiyai. Sarung is all days clothes… Bahkan mereka yang pakai sarung, pakai sepatu, pakai jaket adalah biasa saja. Konon yang naik motor pakai sarung sekarang ini sedikit, karena kalau yang pakai sarung naik motor umumnya adalah orang desa, yang seringkali dicegat oleh polisi.
Satu hal yang saya pelajari dari pergaulan selama beberapa hari dengan masyarakat Madura. Mereka memiliki selera humor juga, walaupun kadang humor yang satir. Madura tidak identik dengan kekerasan. Walaupun konon di beberapa daerah masih terjadi penghakiman pelaku kejahatan oleh massa. Kalau polisi bertindak, maka mereka bisa balik menyerang polisi, begitu ceritanya. Wallahua’lam.
Kebetulan saat saya kesana, ada kegiatan Pameran Pembangunan di alun-alun kabupaten Sampang. Pameran itu dilaksanakan dengan pasar malam. Semua komponen masyarakat memamerkan lembaganya masing-masing. Mulai dari polisi, penyuluh pertanian, KPU, kecamatan, darma wanita, dan sebagainya dan sebagainya. Pokoknya ini adalah ajang untuk unjuk kerja, unjuk inovasi dan kreatifitas masing-masing. Di panggung besar ada anak-anak balita sedang berlenggak lenggok bak model. Inilah berkah modernisasi (?), juga musik-musik pop nasional menggelegar dibawakan anak muda Sampang.
Seorang teman membawa kami ke lokasi Api Alam, atau disebut juga Api Tak Kunjung Padam. Sebuah obyek wisata khas pulau garam. Disitu ada tempat dimana api menyembur keluar dari tanah. Peristiwa alam ini konon merupakan lokasi legenda ki Mukomuko. Kisahnya ? mungkin bisa di cari di Google Search :)
Lokasi ini ramai dikunjungi orang, terutama pada malam hari. Sayang, sarana dan prasarana wisata ini kurang diperhatikan pemerintah. Terutama terlihat pada sistem retribusi dan jalan raya. Konon, kalau tidak bisa berbahasa Madura, tarif ke tukang parkir dan retribusi tidak resmi akan lebih mahal.
Ke Madura belum resmi kalau tidak mencari oleh-oleh. Beragam jenis oleh-oleh bisa diperoleh di situs Api Alam. Mulai dari makanan, minuman, batik, maupun seperangkat seragam Sakerah. Seragam pakaian Madura ala Sakerah ditawarkan seharga dua ratus lima puluh ribu rupiah, lengkap dengan senjatanya.
Masyarakat Madura memiliki kepercayaan tradisi keislaman yang tradisionalis. Kalau anda berkunjung kesini, anda bisa memperoleh hiasan kayu kakkoa yang sejenis dengan tongkat Nabi Musa dan kapal Nabi Nuh alaihimassalaam. Itu saya dapatkan di Pameran Pembangunan Sampang !!! Keren sekali kayu tersebut bisa melintas ruang dan waktu, sehingga bisa kita beli di tahun 2014 ini, di sebuah pulau di ujung Jawa Timur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H