Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Money

Korelasi Dunia Kartun/Animasi dengan Industri Mainan

18 Desember 2012   14:29 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:25 539
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13558411141705430886

Pasar Gembrong di Jakarta menurut saya adalah pasar mainan terbesar di Indonesia. Berbagai jenis mainan bisa diperoleh disana dengan harga yang miring. Bisa beli eceran atau beli grosiran untuk dijual lagi. Pasar ini memasok pasar mainan ke pelosok nusantara. Kebanyakan yang dijual adalah produk Cina. Sayang kualitasnya kebanyakan kurang baik, sehingga lebih sering menjadi sampah. Namun kalau pandai memilih bisa memperoleh mainan dengan kualitas baik dan harga yang murah. Lebih murah daripada beli di mall, supermarket, atau pasar tradisional yang nota bene kebanyakan juga produk Cina.

sumber foto : blog.163.com

Saya termasuk penggemar kartun, mulai dari Tom and Jerry, Donald Bebek, Mickey Mouse, Conan, ataupun Dragon Ball. Sampai sekarang kesukaan ini menurun kepada anak-anak, mereka menyukai kartun Tom dan Jerry, Spongebob, Garfield dan kartun-kartun anak-anak yang muncul di televisi Cina dan diproduksi oleh industri kartun/animasi lokal seperti Bonnie Bear, Pleasant Goat and Big Big Wolf dan sebagainya. Bahkan sampai sekarang masih sering bersama anak-anak menonton film kartun/animasi. Memang kartun Tom dan Jerry pada beberapa adegan menampilkan adegan kekerasan sehingga anak perlu didampingi saat menontonnya.

Saya lihat industri kartun/animasi disini sangat berdekatan dengan industri mainan, peralatan belajar anak-anak, pakaian, sepatu, dan lainnya. Sehingga kalau di televisi ada kartun yang menceritakan tentang jagoan main gasing misalnya, maka di toko-toko mainan sudah tersedia gasing seperti yang dimainkan di televisi.

Dengan demikian ada korelasi antara dunia animasi dengan komersialisasi di dunia nyata. Hal ini didukung oleh pemerintah, dimana mayoritas televisi dimiliki oleh pemerintah. Di Indonesia industri kartun/animasi belum sekuat di Cina, sehingga kartun lokal belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Padahal ide kreatif dan seniman Indonesia di bidang animasi sudah banyak yang menghasilkan karya-karya berskala internasional.

Kementrian baru yang menangani industri kreatif selayaknya membuat gebrakan atau revolusi agar kartun dan atau animasi lokal dapat diterima dan ditayangkan oleh tivi swasta yang mendominasi di negara kita. Karena tayangan kartun dan bisnis terusannya merupakan bisnis yang besar bagi produk pribumi, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Karena kalau begini terus, para seniman akan dimanfaatkan orang lain/industri luar dan masyarakat kehilangan karya terbaik domestik, serta peluang ekonomi akan hilang. Apakah kita rela terus menerus dijejali oleh kartun asing, sedangkan kartun atau animasi tersebut pasti merupakan produk budaya negara asing tersebut yang tidak sesuai dengan budaya Nusantara ? Sinchan adalah salahsatu contoh.

Tulisan sambil nonton CCTV 14 Shao Er, saluran khusus anak-anak dari RRC.

Wuhan, 2012/12/18

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun