Sabtu, 31 Januari 2015, saya mewakili HUMAS UHAMKA menghadiri acara Workshop yang diadakan oleh Suara Muhammadiyah di Gedung PP Muhammadiyah Jl. Cik Ditiro, Yogyakarta.
Peserta kegiatan dari Pimpinan Muhammadiyah tingkat Provinsi (Majelis Pustaka dan Informasi), Perguruan Tinggi Muhammadiyah, dan kalangan umum. Acara dibuka dan sekaligus sebagai keynote speaker oleh Ketua PP Muhammadiyah Dr. Haedar Nashir. Materi pada lokakarya ini mengenai reportase dan penulisan berita, penulisan artikel, dan manajemen distribusi Suara Muhammadiyah.
Majalah dua bulanan dengan tiras kedua terbesar di Indonesia ini, setelah majalah Hidayatullah, membuka diri dengan dinamika internal kepada para peserta lokakarya. Para pengelola memberikan gambaran bagaimana pengelolaan Suara Muhammadiyah saat ini, serta bagaimana ke depan. Hadir pula dari divisi online di kehumasan Muhammadiyah, yaitu dari admin www.muhammadiyah.or.id
UHAMKA diwakili juga oleh salahseorang staf di bagian keuangan, yang memiliki minat jurnalistik tinggi, yang menyempatkan dating walaupun tidak memperoleh penugasan.
Pada kegiatan ini juga diperkenalkan SURYAMEET untuk kegiatan video conference warga Muhammadiyah yang bekerjasama dengan seorang pengusaha Singapura, Oliver Wong. Selain itu juga diadakan launching bagi produk-produk muktamar 2015 yang diproduksi oleh Toko Suara Muhammadiyah. Ternyata lini usaha majalah Suara Muhammadiyah saat ini sudah berkembang lebih pesat. Tidak hanya menerbitkan majalah tetapi juga menjual sandang, bahkan menjual produk berbasis ICT
UHAMKA termasuk dalam Sembilan PTM yang mengikuti acara tersebut. Panitia Workshop meminta peserta untuk mengirimkan tulisan untuk rubrikasi WARTA PTM, yang akan dimuat tiga minggu ke depan.
Perjalanan menuju ke Jogja ditempuh pp dengan penerbangan ekonomi, penginapan di tempat menginap yang ekonomis terjangkau di dekat kantor PP Muhammadiyah.
Ternyata Jogja sekatang lebih terasa modern. Bandara sudah lebih nyaman dengan fasilitas yang lebih baik. Ada tangga berjalan di lorong bawah tanah, dan juga fasilitas lainnya yang terus menerus diperbaiki. Walaupun, ciri khas negara ketiga tetap saja terlihat. Banyaknya agen perjalanan tidak resmi yang berkerubung disekitar bandara, mulai dari menawarkan ojek, taksi gelap, dan juga taksi setengah gelap. Bagi orang asing atau orang baru mungkin akan merasa terganggu. tetapi jika sudah terbiasa tidak akan menjadi masalah, bahkan dengan berbagai alternatif seperti itu, kita bisa mencari pengalaman baru. Saya sudah mencoba naik ojek dari bandara ke tempat tujuan, saat di Bali, Surabaya, maupun Jogja. Seru juga dan lebih cepat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H