Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Intimidating Street Performer!

14 Februari 2015   01:44 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:14 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepanjang perjalanan dengan metromini Jakarta, memberikan pengalaman yang bermacam-macam. Berdesak-desakan dengan aneka ragam manusia adalah biasa. Menemukan berbagai jenis peminta-minta juga salahsatu pengalaman unik. Menurut pemerintah, dengan adanya dana BOS, maka anak-anak bisa gratis bersekolah. Tapi kenyataannya di jalanan banyak terdapat anak-anak yang sengaja mengamen di jalanan. Ada anak yang masih dalam gendongan, sampai anak yang masih dalam perut!!!. Konon budaya "ngelem" juga masih dominan di antara anak-anak kecil tersebut. Kalau Tuan Puan naik angkutan umum selain Transjakarta, coba dengarkan bagaimana nyanyian sumbang anak-anak yang suka ngelem ini. Suara sumbang gak jelas, nafas pendek, dan suara di hidung lebih dominan.

Ada pengamen aliran nyanyi Barat, nyanyi lagu Iwan Fals, lagu Barat, lagu kosidahan, dan pengamen bergaya anak funk. Biasanya anak funk ini ada yang berdua bertiga dengan nada intimidasi. Bernyanyi dengan nada parau. Agar aman, kalau tidak mau memberi, bersikaplah yang sopan. Karena ada pomeo "anda sopan kami segan" di kalangan jalanan Jakarta. Kalau kita sudah sopan dan mereka memaksa untuk meminta, maka alamat kita bisa bertindak lebih-lebih kepada mereka. Ada pengamen aliran instrumental, membawa suling bambu, memainkan lagu tema film Titanic.

Ada pengamen intimidatif. Berombongan atau sendirian mengaku tentang kekerasan jalanan, penjara, bahkan ada yang membawa silet, dan memeragakan tangannya disilet !!! Minta dikasihani kalau tidak ia akan menyilet dirinya sendiri !!! saya tak mau melihat aksinya karena merasa terintimidasi. Justru dengan demikian menjadi antipati, gak mau tahu ia menyilet tangannya sendiri atau berpura-pura. Ada juga yang membawa kertas lecek membacakan puisi dengan suara parau gak jelas. Gak bisa dibedakan apakah ia mabuk, pura-pura mabuk, atau emang suaranya seperti itu ??? Puisi yang aneh oleh penyair jalanan.

Semakin sore semakin banyak pengamen. Bahkan ada yang mengaji al Qur'an di bilangan Blok M !!! Seperti ini kadang meraih simpati penumpang, lebih baik itu daripada jrang jreng gak jelas, katanya. Mungkin ini bentuk nyata dari memperjualbelikan ayat suci dengan harga yang murah. Yang lebih mahal lagi adalah "ulama" yang memperjualbelikan ayat suci, juga dengan harga yang murah. Beberapa nenek atau kakek juga muncul dengan lagu-lagu old style yang gak jelas juga. Kebutuhan hidup mendesak atau mencari kesibukan! ? entahlah. Adapula yang memang suaranya bagus, menyandang gitar dan bersuara emas ala fadli Padi, mutiara jalanan yang masih ada di jalanan.Kadangkala, kewaspadaan juga penting disini. Saat kita terbuai dengan pengamen, ada sekelompok orang yang sengaja menumpang tetapi niat aslinya mencopet. Mencari kesempatan dalam kesempitan. Hati-hatiah ... terutama saat naik, ataupun saat turun, disitulah situasi rawan bagi aksi pencopet

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun