Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Empowerment dalam Pendidikan di Pondok Modern Gontor

5 Januari 2014   14:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:08 116
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Pendidikan model pesantren, konon, merupakan kelanjutan dari sistem pendidikan ala Hindu-Budha yang sudah ada sebelumnya. Adapula yang menyatakan bahwa sistem ini berasal dari India, seperti dirunut ke asal kata santri, dari bahasa Sanskerta. Walhasil kini pesantren sudah membuktikan eksistensinya sebagai lembaga pendidikan asli Indonesia yang mampu bertahan dan menjadi benteng pertahanan umat Islam dari gempuran nilai-nilai non Islami. Pondok Pesantren bernama Pondok Modern Darussalaam Gontor adalah salahsatu kisah keberhasilan pesantren dalam bertahan dan mengembangkan pola pendidikan sampai saat ini.

Di sudut-sudut kampus Central China Normal University ini, ada beberapa bagian yang selalu ditata sesuai dengan musimnya. Misalnya pada musim dingin seperti sekarang ini, maka bunga-bunga/tumbuhan-tumbuhan kecil yang dipajang adalah tumbuhan yang kuat dengan cuaca sampai minus. Saat musim semi, bunga/tumbuhan kecil itu diambil dan diganti oleh bunga/tumbuhan musim semi. Hal ini dilakukan oleh bagian pertamanan di kampus ini. Hal ini mengingatkan saya pada tahun 1990 an di Gontor. Ada yang namanya "Qismul Basatin" mungkin nama resminya bukan itu, tetapi nama sohornya seperti itu. Mereka adalah para santri yang memiliki tugas dan tanggungjawab untuk memelihara semua taman-taman yang ada di pondok.Siapakah yang direkrut menjadi petugas qismul basatin ini? mungkin itu adalah hak preoregatif Bagian Pengasuhan Santri sebagai tangan kanan Pimpinan Pondok. Yang pasti semua santri akan merasakan memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu selama menuntut ilmu disini, sesuai dengan kapasitasnya. Kaum proletar adalah istilah lain yang pada hakikatnya mereka juga memiliki tugas dan tanggung jawab tertentu, misalnya pada klub olahraga yang mereka ikuti.

Keberadaan mereka adalah contoh dari pemberdayaan dalam pendidikan di pesantren ini. Pemberdayaan adalah membangkitkan semua potensi yang ada di dalam jiwa para santri dengan sebaik-baiknya. Diakui memang pada saat itu bahwa input santri itu tidak semuanya memiliki kapasitas intelektual yang tinggi, juga tidak semuanya memiliki minat dan bakat menjadi kyai dan sekolah ke Timur Tengah. Namun pesantren ini memiliki organisasi santri, kepanduan, seni bela diri, klub olahraga, klub teater, kesenian, keterampilan, jurnalistik, bahasa dan bahkan klub "body building".Di dekat sungai Malo, ada suatu lokasi khusus untuk membentuk otot, dengan barbel dari cetakan semen pada bekas kaleng cat, serta beberapa cermin untuk mematut diri. Para body builder ini biasanya dikenali dengan porsi nasi saat makan di dapur umum yang menggunung ;).

Perpustakaan ada dua buah (saat itu) yang memiliki bacaan-bacaan berbahasa Inggris, Indonesia dan Arab yang sangat menarik bagi para pecinta ilmu pengetahuan. Maka tidak heran jika para alumninya memiliki beragam profesi, meskipun label pendidikannya adalah Kulliyatul Muallimin al Islamiyyah, persemaian guru-guru agama Islam.

Paulo Freire adalah tokoh yang menjadi rujukan bagi pemberdaayaan melalui pendidikan. Gontor memiliki rujukan ke Aligarh, Santiniketan, dan Al Azhar. Lembaga pendidikan yang tersohor dalam idealisme pendidikannya pada masa lalu. Gagasan Freire membuat ia terasing dari negerinya, walaupun praktiknya dilaksanakan lintas negeri, bahkan sampai ke Afrika. Idealisme Gontor juga memperoleh tekanan dari rejim pemerintah Orde Baru dan sistem pendidikan nasional saat itu. Namun idealisme itu terbukti bertahan. Karena nilai-nilai pendidikan berkembang dengan benar. Kyai dan Guru / ustadz/ustadzah bertindak sebagai role model/teladan. Lingkungan pesantren sebagai lingkungan mendidik (learning society) selama 24 jam. Zero tolerance terhadap mencontek dan ketidakjujuran lainnya. Santri dibekali dengan berbagai keterampilan (selain kemampuan akademik, kemampuan nalar, dwi bahasa) yang sesuai dengan minat dan bakatnya masing-masing. Pancajiwa Pondok Modern merupakan kata kunci untuk menuju sukses dalam berpesantren dan juga bermasyarakat menuju cita-cita masyarakat yang menjadi rahmat bagi sekalian alam. Denger-denger sekolah yang menggunakan nama Islam Terpadu, ujung-ujungnya meminimalkan marwah guru hanya sebagai pelayan para siswa/wali siswa yang sudah membayar MAHAL untuk yang namanya pendidikan formal. :)

Menyambung titik titik kenangan 1990 an

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun