Sabtu kemarin adalah hari perjalanan panjang bagi saya. Perjalanan dari pagi sampai malam untuk menuju Bandung. Perjalanan dimulai dari Wuhan pukul setengah delapan menggunakan taksi menuju bandara Baiyun, Wuhan. Kemudian menggunakan China Southern menuju Guangzhou. Kemudian menunggu di bandara sini untuk menempuh perjalanan ke Jakarta menunmpang pesawat maskapai yang sama, pada jam lima sore. Perjalanan di udara sekitar lima jam. Maskapai ini berangkat tepat waktu, pada penerbangan kedua disediakan makan malam dengan dua jenis makanan pilihan, seafood atau chicken. Jika di airasia ada kru yang bisa berbahasa Indonesia dalam penerbangan internasional menuju Jakarta, di sini hanya ada dua pilihan, menggunakan Bahasa mandarin atau Bahasa Inggris ;). Tiba di bandara jam Sembilan malam.
Sebelum melaksanakan perjalanan, saya searching berbagai moda angkutan umum menuju Bandung dari bandara Soekarno Hatta, Cengkareng Banten menuju Bandung.Paling ekonomis adalah menggunakan bus umum. Penyedianya adalah swasta, Primajasa. Dariberbagai blog diketahui bahwa tarifnya adalah Rp. 75.000,- .
Tiba di bandara jam Sembilan WIB, setelah melalui proses imigrasi serta menunggu bagasi dan pengambilan bagasi. Akhirnya tiba ke waktu pencarian bus. Keluar dari lokasi bandara menuju luar bandara agak ‘horrible’ tersendiri, ketika kita terbiasa berada di bandara luar yang aman dan memiliki privasi tersendiri. Banyak para pengemudi taksi gelap menawarkan jasa-nya. Kadang-kadang mereka menyahut dengan kata-kata yang tidak sopan ketika kita tidak menanggapi sapaan mereka. Bagi penumpang yang akan menumpang bis umum dari lokasi kedatangan internasional, harus berjalan lumayan jauh untuk menuju pangkalan Damri dan Primajasa ke Bandung. Sepanjang perjalanan itulah banyak godaan dari para taksi/angkutan gelap yang meneror para calon penumpang.
Bertanya kepada petugas berseragam juga not worthed. Pengalaman pribadi pada tahun lalu, saya bertanya tentang angkutan ke Bandung kepada petugas berseragam coklat, sepertinya Keamanan Bandara. Eh malah ditunjukkan ke angkutan taksi gelap berkedok koperasi karyawan bandara. Kenapa saya rasa itu angkutan gelap, karena kendaraan yang digunakan adalah sejenis mobil keluarga dan berpelat hitam. Uhhh Menyebalkan… Harganya tentu saja lebih mahal dari Primajasa.
Keluar dari pintu keluar kedatangan Internasional dari Cina, berjalan terus ke sebelah kiri, bertanya ke petugas loket agen taksi Primajasa yang saya temui disana. Asumsinya gak mungkin sesama Primajasa membohongi calon penumpangnya. Bang … Primajasa ke Bandung sebelah mana? Terus aja pak ke arah kiri, katanya “Damri” juga disitu. Maka bersama teman seperjalanan kami mendorong barang menuju arah yang ditunjuk. Lumayan agak jauh, dan melewati koridor yang tidak ada atapnya. Hujan cukup lebat, maka kita-pun harus kena hujan sedikit ketika menuju lokasi loket bus umum. Teman mau menuju ke Bekasi, dan menunpang bis Damri dari sana. Saya menumpang Primajasa. Tarifnya ternyata Rp. 90.000,- berbeda dengan yang ada di blog-blog. Tas saya juga ditimbang, karena ada dua tas besar seberat 30 kilogram, maka saya kena kelebihan bagasi tiga ribu per kilogram. Jadinya harus membayar lagi Rp. 30.000,- .Maunya sih protes karena penumpang sedikit (kurang dari sepuluh) dan berat bagasi kan tidak memberatkan perjalanan. Tapi gimana lagi, ini kan swasta, mereka perlu mencari untung.
Lokasi kendaraan umum dari pintu kedatangan internasional yang jauh mungkin dapat dikatakan tidak “ramah turis”, apalagi bagi para wisatawan backpacker paket hemat yang ingin menuju Bandung. Destinasi wisata yang lebih dipopulerkan lagi oleh Tony Fernandez-nya Airasia. Atau kalau bisa intervensi atau keberadaan para taksi gelap dihilangkan/diminimalisir.
Hari hujan, beberapa kali bis harus rem mendadak untuk mengendalikan kendaraan. Pak sopir cukup handal. Bis berangkat jam sepuluh dan tiba di Bandung pukul dua pagi. Bus tidak menaikkan dan menurunkan penumpang di jalan. Pemberhentian terakhir di Batununggal, Buah batu. Di pangkalan bus ini sudah tersedia taksi yang mengantarkan penumpang ke alamat tujuan, diatur oleh pengelola Primajasa. Aturannya penumpang antri dan taksinya antri, biaya parkir Rp. 2000,- dibebankan ke penumpang taksi. Lalu, sopir taksi diharuskan menggunakan argometer. Sesuatu yang menguntungkan penumpang, karena kebanyakan taksi dibandung is by negotiation. Keluar dari pangkalan bis tersedia banyak tukang ojek yang siap mengantar para penumpang. Terima kasih Primajasa, akhirnya sampai juga di Cijerah setelah menumpang taksi dengan ongkos sekitar Rp. 48.000,- jam menunjukkan sekitar pukul dua dini hari.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H