Sudah waktunya untuk mengurangi keaktifannya, karena usia sudah tak muda lagi, 69 tahun. Maka status dosen tidak tetap berakhir pada semester ini. Semester depan sudah tidak mengajar lagi. Di usia ini masih sibuk berkutat di berbagai aktiftas. Sejak muda berorganisasi di organisasi kemasyarakatan. Kemudian meniti karir di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, di beberapa dinas, lalu pensiun. Melanjutkan karir di perguruan tinggi, menjadi dosen, lalu ketua program studi, sampai menjadi wakil dekan. Mendapat tugas tambahan di pendidikan profesi dan mengelola Labschool milik perguruan tinggi. Sudah waktunya untuk mengurangi beban, memberikan kesempatan kepada kader yang lebih muda dan lebih membutuhkan medan perjuangan. generasi Baby Boomers harus parkir, memberi jalan bagi generasi-generasi selanjutnya untuk naik panggung.
Pengalaman berorganisasi dan bergaul dengan berbagai kalangan memberikan pendalaman dalam mengajar dan membimbing mahasiswa. Ketika membimbing mahasiswa yang "berkebutuhan khusus", rasa keibuannya muncul dan biasanya berhasil. Mengentaskan mahasiswa yang berkesulitan dalam menyelesaikan studinya. Dalam berorganisasi menemukan dinamika dan konflik, kedewasaan membawanya terus berkembang. Menghadapi emosi yang beragam, dan intensi yang beragam pula. Kalau yang dididiknya mempunyai keaktifan dan pengembangan diri lebih daripada dirinya, maka itu merupakan kebanggaan baginya.
Bagaimana terbentuknya kepribadian yang aktif sampai usia jelang 70, sehat, dan bermanfaat lebih luas daripada diri dan keluarganya? Tentu ada dinamika yang berkembang pada dirinya. Kita hanya melihat dari permukaannya. Pada pembicaraan pada acara pelepasan, ia menyebutkannya sebagai implementasi dari Surat Al Ashri. Salah satu surat dalam Al Qur an yang namanya "Demi Waktu". Sesungguhnya manusia itu selalu dalam kerugian kecuali.... dan seterusnya. Dari implementasi tersebut, membentuk pribadi yang berusaha menjalani hidup ikhlas. Terus berjalan menerjang berbagai rintangan dan perjuangan. Hidup adalah perjuangan, katanya. Karena dalam hidupnya terus menerus bergerak untuk kemajuan organisasi, umat Islam, bangsa Indonesia dan almamater tercinta. Perjuangan harus dilakukan dengan ikhlas, apapun yang terjadi bisa dihadapi. Hal ini dilakukan untuk menjemput surga, menuju husnul khatimah. Surga itu perlu dijemput, tidak datang sendiri. Menjemput surga dengan beraktifitas yang bermanfaat bagi orang banyak. Dalam tindakan, tentu saja ijtihadiyah, pilihan sikap yang belum tentu disukai semua orang. Tetapi paling tidak, kemauan untuk berbuat dan bermanfaat bagi banyak orang itu adalah pilihan yang menjemput surga, tentang surga seperti apa yang didapat, semuanya atas izin Allah. Semuanya adalah kehendak-Nya.
Berbohong untuk kebaikan, atau white lies, itu dilakukan dengan taktik yang jenaka. Izin keluar untuk membeli makanan, ternyata mengebut mobil ke suatu tempat untuk rapat organisasi. Maka sang suami dan anak berseloroh, agar mengikat kakinya agar bisa diam dirumah, tidak mengurus banyak hal di luar keluarganya. Suami dan istri sama-sama aktifis, mempunya usaha dan menjadi birokrat Pemda DKI. Kesibukan terus berjalan antara keduanya, walaupun usia semakin senja. Dan itulah penanda diri suami istri, yang bergerak aktif mengayuni langkah dunia.
Sentuhannya membawa kesadaran baru bagi yang bergaul bersamanya. Menemukan potensi, dalam artian, mendukung, memperjuangkan anak buah untuk meningkat secara posisi. Ketika bertahun-tahun tidak diangkat menjadi pegawai tetap. Hal ini menjadikan gambaran tentang pemimpin yang mengayomi anak buahnya. Pemimpin yang peduli, pemimpin yang membuat tradisi baik, untuk pengembangan program studi yang ada. Cinta, itulah hakikat pengasuhan dan kepemimpinan lembaga kecil ini, ketika sentuhan cinta sudah dipegang, maka semuanya akan kompak dalam satu kesatuan. Memang masih ada Pe eR besar di depan mata, akreditasi perlu ditingkatkan agar menjadi Unggul. Pengelolaan Labshool yang masih belum berkembang pesat, serta tantangan dan peluang yang akan datang dari perubahan kebijakan dan tata kelola pendidikan di masa Prabowo Subianto. Organisasi mengajarkan seseorang untuk mentaati peraturan, dan mendidik para kader organisasi agar terus berkembang.
Masih ada satu tanggung jawab diemban. Dan harus mulai mempersiapkan kader. Karena tantangan ke depan semakin dinamis. Membutuhkan kecepatan dan ketepatan bertindak, dengan paradigma yang terus berubah, meskipun cara lama juga masih berkembang, tetapi percayalah, yang bisa berkembang lebih cepat adalah yang mampu membaca tanda-tanda jaman.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI