Mohon tunggu...
Purnama Syaepurohman
Purnama Syaepurohman Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, Sustainability provocateur, open mind, Edukasi, Literasi Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Makan Bergizi Gratis, Generasi Micin dan Rokok

13 Januari 2025   10:10 Diperbarui: 13 Januari 2025   10:10 19
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Program Presiden Prabowo untuk memberi makan gratis bagi siswa sekolah patut diacungi jempol. Karena di jangka panjang, maka akan terasa hasilnya, penduduk indonesia akan lebih bergizi, lebih sehat, dan lebih tinggi badannya. Jepang adalah negara yang seperti itu, pada masa menjajah Indonesia, postur mereka rata-rata pendek, tapi lihatlah tim nasional sepakbola mereka sekarang. Generasi Jepang masa kini yang bertubuh rata-rata tinggi. Sehingga ketika tim nasional sepakbola Indonesia melawan mereka, terlihat kalah di berbagai sisi seperti tinggi badan, tenaga, taktik, keterampilan memainkan bola. Menteri sebagai bawahan Presiden akan membuat program sesuai dengan visi Presiden. Abdul Mu'ti menguraikan enam program prioritas Kemendikdasmen, yang pertama adalah Penguatan Pendidikan Karakter, wajib belajar 13 tahun; peningkatan kualifikasi, kompetensi dan kesejahteraan guru; penguatan pendidikan unggul literasi, numerasi dan sains teknologi; pemenuhan dan perbaikan sarana dan prasarana, dan; pembangunan bahasa dan sastra. Penyediaan makan siang bergizi menjadi bagian dari enam program prioritas tersebut, demikian dikutip dari situs resmi Kementerian. 

Sebagai generasi yang dididik di kampung, kelahiran tahun 1970-an, penulis merasa bahwa masakan pada masa itu sangat sederhana. Tidak mencerminkan empat sehat lima sempurna. Ikan asin sepotong dimakan beramai-ramai. Demikian pula teman dari Nusa Tenggara bercerita, makan telur satu dibagi beberapa orang, pada tahun 1980-an. Pada masa kini juga masih belum banyak bergeser. Generasi muda dari kelas bawah dan menengah makan seadanya. Cukup makan kenyang, tidak memperhatikan masalah gizi. Pemberian MBG perlu dikelola dengan baik agar tepat sasaran. Uang trilyunan harus berdampak, terutama bagi kalangan bawah, sehingga mereka bisa terhindar dari stunting, sehat, dan berkembang jasmani dan rohaninya dengan baik. Makan Bergizi Gratis adalah kepanjangan dari program pemberantasan stunting secara lebih nyata. Dengan kondisi keuangan seperti saat ini, maka pemerintah akan mengurangi berbagai kegiatan yang bisa dilakukan dengan cara lain secara lebih efektif dan efisien, memaksimalisasi dan optimalisasi pemasukan, mengancam para koruptor untuk mengembalikan dan mengampuni, serta pelaksanaan pemerintahan yang bersih dan transparan. 

Gizi yang baik adalah satu aspek bagi pendidikan manusia. Aspek lainnya banyak, antara lain sekolah, didikan orang tua, teman sejawat, guru profesional, lingkungan belajar, fasilitas dan buku atau bahan ajar. Jangan sampai program MBG hanya menjadi proyek yang merugikan siswa sasaran. Penjarahan daging untuk keperluan MGB yang terjadi di daerah tertentu, harus dijadikan pelajaran, agar masyarakat tidak melakukan kegiatan seperti itu lagi. Dicari akar permasalahannya dan solusinya. 

Bedanya sekarang adalah merebaknya jajanan. Jajanan murah meriah dengan harga yang terjangkau mendekati sekolah-sekolah. Jajanan tersebut diindikasikan banyak mengandung pewarna, perasa, pemanis, terlalu banyak garam, terlalu manis, bahkan es yang mencampurinya terbuat dari air mentah yang dibekukan. Selain makanan bergizi, maka guru dan sekolah perlu mengedukasi para penjual jajanan tentang gizi dan makanan yang bergizi. Semuanya punya peran untuk anak Indonesia berkualitas. Minuman manis yang terlalu manis sangat banyak bertebaran dijual di Indonesia. Diabetes menjadi penyakit dengan 19,5 juta penderita pada 19 Juli 2024, seperti dilansir www.indonesia.go.id berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan. 

Menyalahkan micin juga ternyata salah juga. Micin juga bermanfaat bagi kesehatan. Micin atau Monosodium Glutamat ditambahkan ke makanan untuk menambahkan rasa gurih (umami), namun jika dikonsumsi berlebihan akan berbahaya bagi kesehatan. Jadi generasi micin tidak masalah, yang masalah adalah jika berlebihan. Pola hidup sehat harus menjadi gaya hidup bersama yang dikampanyekan secara nasional.

Pemerintah perlu kampanye positif tentang gizi dan bagaimana gizi yang dapat diperoleh dari berbagai makanan yang harganya murah. Bersaing dengan para pengiklan yang berlomba-lomba mendorong produknya yang paling baik dan paling sehat, yang selama ini merajai dunia iklan. Demikian pula dengan pola hidup sehat. Para produsen rokok dan rokok elektrik perlu dipinggirkan dari dunia periklanan. Karena berbahaya bagi kesehatan. Beberapa negara sudah mengeliminasi rokok agar tidak meracuni generasi muda. Indonesia masih pro kontra, terutama dikaitkan dengan besarnya pendapatan negara dari industri rokok dan industri tembakau. 

Peraturan Pemerintah dibuat antara lain dengan melarang menjual rokok secara eceran. Peraturan yang sangat longgar dan dilanggar dimana-mana. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan. Iklan rokok perlu dibatasi, bahkan ditiadakan (di berbagai negara). Kemasan rokok dibuat sama (seperti di Australia) sehingga tidak menarik. Kampanye bahaya merokok perlu dibuat secara lebih masif dan menarik seperti di Thailand. Rokok adalah bagian tidak terpisahkan dari masyarakat tradisional. Kegiatan-kegiatan hajatan, rapat RT, sholawatan, dan lainnya selalu penuh asap rokok. Tapi itu bukan berarti tidak bisa diubah. Tradisi yang baik bisa disosialisasikan agar budaya merokok dapat berkurang, sehingga masyarakat tradisional lebih sehat. Pembatasan penjualan rokok secara eceran tidak disertai dengan sanksi bagi yang melanggar. Rokok eceran sampai saat ini banyak dijual di warung-warung, dijajakan di pinggir jalan, bahkan di jalan tol di Indonesia ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun