Percakapan seorang aktivis dengan seniornya, yang sama-sama aktif di perguruan tinggi swasta. Aktif di kegiatan kemahasiswaan intra dan ekstra kampus. Seting waktu tahun 2000 an.Â
Mau jadi dosen?
Mau bang! Kalau memang saya dibutuhkan, dan dipandang kualifikasinya cocok!
Ya harus S2!
Gak punya uang bang, S1 saja masih biaya orang tua. Sekarang mengajar di sekolah-sekolah swasta saja untuk bertahan hidup. Yaa gaji guru swasta apalagi belum guru tetap, tidak seberapa. Ini juga dibantu dengan menerima order percetakan. Waktu di organisasi mahasiswa dulu, seorang senior mengajar kan sablon dan cetak mencetak.
Oke, yang penting ada kemauan aja. Sekarang daftar aja S2 ke kampus negeri. Kalau lulus ujian masuk, bisa dipikirkan selanjutnya.
Siap bang!
Bang! saya sudah daftar di Bandung.
Oke, tapi ini ada senior kamu juga ikut seleksi. Dia akan daftar dan ikut seleksi S2 di Semarang. Jadi, kalau dia lulus, kamu juga lulus, maka dia yang diprioritaskan. Urut kacang. Senior duluan.
Iya bang, kalau demikian tak masalah!
De, senior kamu gagal tes masuknya. Kalau kamu bagaimana?
Alhamdulillah bang, lulus! Tapi biayanya belum ada.