Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Diary

Rabu Juni

12 Juni 2024   15:42 Diperbarui: 12 Juni 2024   15:48 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Hari ini dimulai dengan menyiapkan semangat untuk bangun pagi. Bangun pagi merupakan rutinitas umat manusia yang masih dianugrahkan nikmat tidur. Beberapa orang memiliki penyakit susah tidur, bahkan tidak bisa tidur. Mereka harus mengkonsumsi obat tertentu untuk bisa tidur. Alhamdulillah bisa tidur. Bangun pagi mengingatkan untuk menghadap Sang Maha Pencipta. Kadang bergulat dengan rasa kantuk. Apalagi jika tidur dalam keadaan kenyang. Maka tidur ketika harus diatur, dapat dimulai dengan mengatur makan malam. Jangan makan malam terlalu malam, dan terlalu kenyang. 

Tidur lebih cepat akan lebih baik. Karena sepertiga malam adalah waktu untuk menghadap Yang Kuasa, ketika manusia lain sedang tertidur. Ini juga perlu niat yang kuat. Manusia yang lemah niatnya, bisa begadang untuk menonton pertandingan sepak bola, tetapi lemah untuk melaksanakan sholat malam (qiyam lail). Ibadah harus dipaksakan, dilatih, maka namanya riyadhoh.

Hari ini melaksanakan pengajaran di kelas. Setelah itu membuka kegiatan mahasiswa di lapangan kampus. Masih ada kekurangan dari mahasiswa aktifis ini, mereka belum dapat melaksanakan kegiatan dengan tata kelola administrasi yang baik. Dan ini terus menerus terjadi. Salah administrasi. Sepertinya menjadi pimpinan tidak memperhatikan kerincian kegiatan. Ada beberapa hal yang luput dari kegiatan manajerial. Suatu saat ini harus dikoreksi. TIndakan koreksi bisajadi tidak mengenakkan. Tetapi perlu dilakukan agar ada pembelajaran. 

Juara berasal dari dalam dan luar kampus. Peserta pendaftar diluar harapan. Tetapi panitia melaksanakan penutupan dengan ceria, seakan ini adalah realita yang biasa saja. Dari ribuan mahasiswa, hanya beberapa saja yang masuk ke kepengurusan dan kepanitiaan. Sementara respon mahasiswa lainnya juga tidak begitu optimal. Begitulah kalau kegiatan dilaksanakan sebagai bagian dari rutinitas saja, tanpa memikirkan inovasi dan kreasi baru. Di saat dunia bisnis mengalami disrupsi, kegiatan kemahasiswaan masih mengikuti tradisi dari seniornya. Tradisi tidak semuanya bagus, adakalanya perlu dirubah secara radikal, didisrupsi. Sehingga kegiatan menjadi lebih baik lagi. 

Beberapa bakat muda muncul dari kalangan mahasiswa yang menjuarai kegiatan seni dan olah raga ini. Tetapi skup dan gelora kegiatan masih minimalis dan memprihatinkan. Bagaimana mahasiswa bisa bersaing di kancah yang lebih luas? 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun