Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menulis ala Stephen King

7 Januari 2023   09:16 Diperbarui: 7 Januari 2023   09:27 177
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Dimulai dari banyak. Jika mau jadi penulis, menulis lah yang banyak dan membaca yang banyak. Selaras dengan nasihat lainnya, baca-baca-baca dan tulis-tulis-tulis. Nasihat kedua adalah joy, rasa senang. Jika kamu merasa senang menulis, maka kamu bisa merasakan kesenangan selamanya, menulis selamanya. Itu mungking yang menjadi dorongan para penulis konsisten yang sering kita baca tulisannya.

Karena Pak King ini penulis fiksi, beliau menyatakan bahwa cerita itu terdiri dari tiga bagian yaitu narasi, deskripsi, dan dialog. Maka ketiga hal tersebut perlu dirajut menjadi bagian dari cerita yang kita tulis. Selain itu, penulisan situasi ditulis di depan, sebelum menuliskan karakter-karakter. Lebih lanjut lagi, beliau menjelaskan bahwa situasi akan digambarkan lebih baik dengan what-if question, bagaimana jika....

Selain itu pilihlah seseorang yang dipercaya untuk membaca karya-karya anda. Seorang pembaca idealis yang akan memberikan masukan dan saran konstruktif bagi tulisan anda. Dimulai dengan adanya tujuan harian. Pak Stephen menyarankan 1000 kata per hari.

Nasihat lainnya dari Stephen King adalah: Ketika menulis fiksi, berfokuslha kepada orang, bukan kepada kejadian; berbicaralah, walaupun sejelek apapun, karena akan mendorong pada karakter; gunakan kata sifat. Pakai bahasa yang paling pas untuk menggambarkan sesuatu secara tepat.

Tulisan ini saya sarikan dari sebuah gambar yang dibagikan oleh sebuah grup perbincangan daring yang saya ikuti. Menulis secara fiksi atau non fiksi memang menjadi jalan untuk sebuah individu. Membawa ke arah yang lebih baik. Karena para penulis adalah pembelajar sejati, yang bertindak sebagai tuhan kecil bagi cerita yang disusunnya. Secara bombastis atau kejam mengatur apa yang akan terjadi pada ceritanya.

Para penulis dipengaruhi oleh bacaannya, serta pengalaman hidupnya. Bisa saya katakan juga mereka dipengaruhi oleh ideologi yang dipegang teguh olehnya. Tulisan pada satu budaya, ketika diterjemahkan kepada bahasa lainnya menurut saya, akan mempunyai rasa yang berbeda. Kecuali ada ideologi penulis asli yang disesuaikan dengan konteks bahasa tejemahan barunya. Karena setiap kata mempunyai sihir tertentu. Ada kata-kata tertentu dalam bahasa tertentu, yang ketika diterjemahkan akan kehilangan makna sebenarnya. Hanya kemiripan saja, belum makna yang hakiki.

Penulis yang saya baca tulisannya setiap hari di media daring adalah seorang mantan wartawan. Gaya tulisannya sudah jelas ala wartawan dengan lima w satu h nya. Tetapi karena senioritasnya dan wawasannya yang luas, maka tulisan tersebut menjadi hal yang renyah dan enak dibaca. Sehingga memunculkan komunitas pembacanya yang aktif mengomentari. Apapun komentar pada pembacanya, senior ini terus menulis dengan gayannya sendiri. Terkadang abai dengan komentar, terkadang juga menulis sesuai pesanan komentatornya.

Topik tulisannya bervariasi. Membuka wawasan tentang dunia sana yang berbeda dengan yang bias akita geluti. Spektrum pergaulannya yang luas memberikan pelajaran kepada para pembacanya yang selama ini terkungkung dalam satu jenis pergaulan. Bahwa dunia ini sangat bervariatif. Dari seorang wartawan membuka pintu-pintu ke dunia lain yang tak terduga.

Jadi menulis juga merupakan silaturahim. Menyambung persaudaraan. Berbagai orang yang beragam tingkat Pendidikan bisa menyatu dalam Bahasa tulisan yang sama dan mengakui ideologi penulis yang disepakati sebagai ideologi Bersama. Ideologi pro kemajuan misalnya.

Menulis disini bukan dalam kerangka ahli bahasa formal. Disini yang dimaksud adalah bahwa siapa saja, dari latar belakang apa saja, punya kesempatan untuk menulis. Menulis yang menjadi sarana penyembuhan, penyadaran, maupun pembentukan komunitas yang positif. Bukan maksud untuk menyaingi para professional di bidang kepenulisan sastra, tetapi menjadi bagian dari penyuka sastra dan tulisannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun