Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Publish or Perish (Menulis atau Tewas)

4 Januari 2023   22:17 Diperbarui: 4 Januari 2023   22:30 570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Menjadi pendidik adalah mengajaran dalam arti yang lebih luas. Menjadi pendidik di perguruan tinggi memiliki dua hal yang menjadi pembeda. melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dan menulis karya ilmiah. Melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat relatif mudah dilaksanakan. Banyak dosen yang melaksanakan kegiatan ini. Tidak terlalu banyak tuntutannya.

Melaksanakan penulisan karya ilmiah adalah hal lain. Hal ini menjadi pembeda. Para Guru Besar pada jaman dahulu, dapat meraih gelar keguru besarannya karena menulis buku dan kegiatan ilmiah lainnya. Untuk Profesor atau Guru Besar kekinian, diperlukan adanya karya ilmiah yang terindeks oleh lembaga pengindeks bereputasi internasional. Walaupun hal ini mendapat tentangan dari beberapa pihak. Sesuatu yang wajar jika ada perbedaan pendapat di kalangan ilmuwan. 

Para dosen yang pensiun saat belum menjadi guru besar. Pada jaman sekarang, lebih banyak karena persoalan yang mengenaskan tersebut. Pertama, belum mampu untuk menembus jurnal bereputasi internasional. Karena terlalu sibuk oleh mengajar, kegiatan non akademik/struktural, tidak memiliki jejaring pertemanan di kalangan ahli publikasi, ataupun hanya memiliki wawasan serta skup pergaulan yang terbatas, ada sebab-sebab lainnya. 

Makanya, suatu istilah di dunia publikasi, publish or perish, saya rasa sangat menggambarkan bagaimana nasib dosen di jaman sekarang. Harus publikasi karya ilmiah secara rutin. Jika tidak, maka akan perish. Tidak ada gunanya dan manfaatnya bagi perguruan tinggi dan program studi dimana tempat mengajar. Tidak meraih gelar doktoral, serta tidak meningkatkan pangkat akademiknya. Saat pensiun meninggalkan gelanggang dengan tenang. Meninggalkan lama mengajar puluhan tahun, tetapi tidak ada jejak ilmiah yang lain, selain mengajar. Mengajar juga dengan rujukan yang terbatas, cara mengajar yang monoton, serta bentuk ujian perkuliahan yang hanya mempertanyakan sebutkan dan jelaskan. Melanggengkan hafalan dan meniadakan daya kritis. Menilai mahasiswa berdasarkan like and dislike. 

Padahal tantangan mahasiswa jaman sekarang sudah berbeda. Ketika mereka diminta untuk membuat tugas seperti jaman dahulu. Buatlah makalah. Maka dalam hitungan menit mereka bisa membuat makalah seperti yang diminta oleh dosen. Hal itu terjadi karena bertebarannya "ilmu" di berbagai situs yang bisa di ambil (copy and paste). Dosen yang mengajar dengan gaya lama, ceramah, jika itu harus didengarkan, maka para mahasiswa akan mendengarkan dengan terpaksa. Karena sebenarnya mereka bisa mencari sumber lain, di berbagai medium pembelajaran kekinian.

Maka dari itu, dosen masa kini harus menguasai teknologi dan memanfaatkannya. Serta mampu mengimbangi dalam proses dan progres pembelajaran generasi sekarang ini. Menguasai ilmu tentang sitasi, plagiasi, media pembelajaran, serta sumber belajar yang relevan dengan keilmiahan jaman sekarang.

Maka selamat perish kepada diri kita yang menjalani profesi sebagai dosen tetapi masih berijasah master, malas menulis karya ilmiah. Harimau mati meninggalkan belang, dosen tidak menulis tersisa kenangan hanyalah dari figur keseniorannya saja, namun tidak ada warisan publikasi yang bisa jadi panutan dari kader dosen muda yang berkiprah di lembaga tersebut. Kita yang sibuk dengan politik tempat kerja, serta tidak mendorong adanya budaya meritokrasi, maupun mimbar kebebasan akademik.Maka kita akan perish, jika masih seperti itu.

Semoga upaya-upaya Mas Menteri untuk mendorong kemajuan pendidikan tinggi, terus bergerak menuju ke arah yang lebih baik. Yang lama penuh rekayasa akan tumbang perlahan-lahan. Sistem baru yang transparan, akuntabel, dan reliabel bertumbuh di berbagai belahan nusantara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun