Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Satu Pengalaman Budaya dalam Hidup: Cina

1 Februari 2022   07:04 Diperbarui: 1 Februari 2022   07:09 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Selamat tahun baru, tahun baru bahagia!, Demikian ucapan yang sering diucapkan saat perayaan tahun baru tradisional etnis Cina. Diikuti pula dengan gong xifacai, selamat menyambut kesejahteraan, . Bisa menyerap budaya ini karena pengalaman hidup membawa saya belajar di Daratan Cina, bagian tengah, dan mempelajari budaya ini. 

Budaya ini ternyata tidak satu, banyak dialek dan tradisi dari pulau, pesisir, pegunungan, sampai ke gurun. Menyelami kehidupan di Provinsi Hubei, hanya sedikit yang diketahui. Kota level menengah kalau ukurannya Indonesia, tetapi memiliki infrastruktur yang sudah bagus. Tahun 2012 an sudah ada jalur kereta bawah tanah. 

Setiap budaya memiliki asal tradisi yang khas, di Ibukota Hubei mengenal etnis Uighur dan Hui, yang berbeda dengan etnis Han sang mayoritas. Uighur jualan sate serta berbagai macam kacang kacangan khas, atau buka restoran makanan Xinjiang. Sedangkan orang Hui umumnya membuka rumah makan muslim, serta mempunyai nama muslim ketika berkenalan dengan orang asing. Abdullah, Musa dan lain-lain. 

Tinggal di negara asing, maka kita pun diberi nama Cina, agar memudahkan komunikasi dengan gurunya. Nama saya waktu belajar bahasa adalah . Nama yang ada kesamaan di huruf kapital awal nama saja :).

Sebagai bangsa Sunda, sering disalahpahami sebagai pribumi. Bahkan banyak yang mengira kalau saya sebagai keturunan Cina, , gimana lagi. Memang begini bentuk mata yang diturunkan secara genetik dari orang tua. 

Selamat tahun baru, semoga kesejahteraan dan kesehatan dilimpahkan kepada kita semua. 

Tiga tahun menetap, belajar formal di kampus dan informal menatapi kecepatan perubahan kota ini. Kota yang memiliki danau-danau. Memiliki jembatan buatan Rusia (Uni Soviet), serta buatan sendiri yang lebih panjang. Kota yang memiliki slogan Setiap Hari selalu Berbeda, . Sangking pesatnya perkembangan dan pembangunan kota industri ini. 

Bertemu dan berteman dengan sesama warga +62 yang keturunan maupun bukan. Semuanya merasakan keindonesiaan. Bahkan banyak dari mereka yang lebih fasih berbahasa Inggris daripada bahasa leluhur nya, atau lebih medok berbahasa Jawa. Merasakan jamuan makan malam dengan staf International Office, lalu mendapat amplop merah, , dari mereka. Lalu berjalan pulang ke asrama di sela sela angin musim dingin Wuhan dan sedikit salju dan es membeku disekitar jalan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun