Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Infrastruktur Kebatilan Digital

29 Januari 2022   07:24 Diperbarui: 29 Januari 2022   07:25 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Manusia cenderung untuk menggunjing manusia lainnya. Anak buah membicarakan manajer rendahan, para manajer rendahan membicarakan manajer menengah, dan manajer menengah membicarakan manajer atasnya.

Manusia modern difasilitasi oleh teknologi, untuk berkomunikasi nir tatap muka. Berkomunikasi tanpa suara, cukup dengan ibu jari menari di atas layar telepon genggam.

Setiap orang punya saluran komunikasi yang berbeda. Cuitan di Twitter menurut saya adalah sarana untuk bergibah ria yang paling panas. Karena sangat mudah untuk membuat akun dan menyebarkan kebencian. 

Model hit and run, dengan memasang foto profil sembarangan. Apalagi ada fenomena buzzer untuk kepentingan tertentu. Banyak ditemukan keriuhan di kancah politik yang berbau rasisme maupun kemesuman yang diawali oleh akun abal-abal. 

Di negara demokrasi, atas nama hal asasi manusia seseorang merdeka untuk berserikat dan berkumpul, dan menyatakan pendapat. Di negara dengan sistem sosialis terpimpin, semua akun harus dapat diverifikasi oleh data kependudukan tunggal. Sehingga me seseorang harus bertanggung jawab atas tulisan atas namanya. 

Tidak semua yang diimpor dari Barat itu bagus, seperti juga tidak semua yan berasal dari Korea, Jepang, China itu bagus. Kita hanya perlu memilah nya dan menyesuaikan dengan budaya Indonesia.

Selain Twitter, grup WA juga menjadi tempat untuk ekspresi politik yang kadang berlebihan. Kenapa berlebihan, karena modalnya hanya copy and paste dari berbagai situs yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kalaupun dari situs berbagi video, berasal dari akun yang tidak jelas, hanya click bait saja. Hal ini terjadi pada grup yang berisi orang-orang yang berpendidikan tinggi dan profesi terhormat. 

Maka agar mental kita sehat, bacaan seperti itu harus kita hapus dari memori, dan kita palingkan perhatian kepada hal yang lebih positif. Jangan seperti seorang penggali sumur yang menemukan berlian, karena tergoda banyak godaan, ia kembali pulang dari istana raja, kembali menjadi penggali sumur. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun