Hari Jumat, 19 November 2021 mendapat mandat untuk mengikuti kegiatan di program studi. Mengikuti workshop akademik dan Kongres Asosiasi Profesi. Kegiatan dilakukan di sebuah kampus negeri di Surakarta.Â
Kegiatan diawali dengan tes swab antigen kepada para peserta yang hadir langsung. Yaa, kegiatan ini dilakukan dengan model hibrida, campuran antara daring dan luring. Beberapa peserta hadir secara tatap muka, selainnya diundang hadir dengan saluran panggilan video.
Pernah menghadiri kegiatan serupa beberapa tahun yang lalu, juga sendiri. Tapi saat itu masih terlaksana secara luring.Â
Asosiasi ini belum punya kepengurusan di tingkat DKI Jakarta. Walaupun jurusannya ada di UNJ, UHAMKA, UT, Unindra, dan Unpam (?). Nama asosiasinya Aspropendo, Asosiasi Profesi Pendidik Ekonomi Indonesia.Â
Dilihat dari namanya, semua yang berprofesi pendidik ekonomi dari berbagai institusi dan berbagai tingkatan pendidikan bisa menjadi anggota. Para anggota dan pengurus di Jakarta (belum fixed, karena belum ada SK resmi), tentunya adalah para dosen di PTN dan PTS yang memiliki segudang kesibukan sebelumnya, memiliki tugas berat untuk menghidupkan lembaga ini di DKI Jakarta. Exist or Extinct !
Asosiasi ini pada pendiriannya memiliki ketua Prof Dr Adi Soejoto dari Universitas Negeri Surabaya. Guru besar di bidang Ilmu Ekonomi. Ketua selanjutnya adalah Dr. Sugiharsono, M.Si. Â yang pernah memimpin Fakultas Ekonomi di Universitas Negeri Yogyakarta. Pada Kongres III dikukuhkan oleh Tim Formatur, Ketua baru Dr. Aniek Hindrayani, M.Si yang juga menjabat sebagai Ketua Lembaga Sertifikasi Profesi) LSP UNS. Dr Aniek adalah Sekretaris Umum pada periode sebelumnya.
Banyak hal yang ingin dicapai oleh Aspropendo ini. Untuk ke depan, rekrutmen keanggotaan masih sangat terbuka untuk dilaksanakan. Demikian pula kepengurusan dan aktifitas di DKI Jakarta masih bisa diperkuat. Profesi guru dan dosen memang sangat sibuk oleh berbagai aktifitas tri darma perguruan tinggi maupun kewajiban mengajar dan mendidik guru.Â
Maka pemanfaatan media komunikasi berbasis digital sebenarnya bisa dimanfaatkan untuk mendorong kemajuan asosiasi. Saat ini saja situs organisasi masih kadaluarsa. Untuk maju perlu koordinasi terarah antara para pengurus yang memiliki satu visi (disela-sela berbagai kesibukan masing-masing, dilembaganya).Â
Bicara Pendidikan Ekonomi, saya jadi ingat pernah mengikuti kegiatan Pendidikan Ekonomi yang digagas oleh sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat dari Amerika Serikat.Â
Gara-gara itu jadi pernah ke Danau Toba. Pelatihnya menyediakan penerjemah Bahasa Indonesia. Jadinya terasa bertele-tele :). Pelatihnya dari Amerika, dari Bank Indonesia, dari Guru Ekonomi.Â
Saat itu dikenalkan juga sekilas bagaimana ekonomi berbasis nilai (ekonomi syariah) sebagai salah satu alternatif pengembangan ilmu ekonomi. Sayang saya tidak mengikuti sesi ketiga karena harus studi lanjut.Â
Intinya Ilmu Ekonomi masih perlu dikembangkan dan berkembang di dunia pendidikan di Indonesia. Karena kecerdasan berekonomi akan berdampak pada pembangunan nasional
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H