Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tarian di Ruang Tunggu Adi Soemarmo

22 November 2021   10:44 Diperbarui: 22 November 2021   11:10 104
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tarian di ruang tunggu adalah pengalaman pertama saya. Mungkin ada juga di tempat lain. Tetapi kalau dilakukan di semua bandara, maka akan menaikan harkat derajat pekerja kesenian. Berapa banyak pekerja seni yang akan terangkat derajatnya karena memiliki pekerjaan tetap menari di bandara, bahkan terminal, stasiun, ataupun pelabuhan. Dari data airmagz.com tercatat ada 76 bandara di Indonesia yang dipergunakan secara regular. Begitu banyak seni yang terangkat oleh kegiatan ini. 


Biaya mereka dari mana? Pemerintah dan swasta bisa diminta untuk fasilitasi. Jangan hanya ambil untung dari laju perpindahan manusia, sesekali menghibur penumpang, dan memberikan lapangan kerja yang terhormat bagi pekerja seni.  

Modalnya cuma sedikit, biaya penari, musiknya rekaman, soundsystem memakai yang ada. Kalau pemerintah dan swasta tidak peduli? Masih ada masyarakat yang peduli terhadap kesenian. Bisa saja dibuat crowdfunding untuk mendorong munculnya seni tradisi di ruang tunggu publik.

Saya tinggal di Jakarta. Pekerja seni sekarang sudah berkeliaran di jalanan. Kalau dulu manusia perak hanya beroperasi di kawasan Kota Tua, sekarang sudah sampai ke kawasan pertigaan lampu merah Condet. Kalau sebelumnya memakai pakaian ala pahlawan atau Noni Belanda, sekarang pakai celana pendek saja, dan semuanya dilumuri warna perak, tidak pakai sandal. 

Badut, Ondel-ondel, Barongsai, Peniup Suling, Penggesek Biola, Pembawa Pecut dan lainnya sudah berjalan ke sudut-sudut keramaian di kota besar Jakarta. Menengadahkan tangan dengan kualitas berkesenian seadanya. 

Seni untuk hidup.Seni adalah bagian dari kehidupan manusia. Seni adalah pelepasan dari katup rutinitas robot manusia. Dengan seni seorang penyapu lantai bandara bisa sejenak melupakan semua masalah hidup di rumahnya, tersenyum megah menikmati warisan budaya luhur yang dimilikinya. Seni adalah bagian dari hidup. Jika pemerintah tidak serius menangani kesenian, maka akan berdampak yang serius bagi kesehatan jiwa dan raga bangsa Indonesia. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun