Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Diary

Positivity Today

19 Agustus 2021   21:03 Diperbarui: 19 Agustus 2021   21:07 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Life is a sum of choices.... demikian sebuah kata bijak dari seorang tokoh dunia. Menjalani hidup sebagai warga Indonesia, dan warga Jakarta pasti dipenuhi oleh berbagai isu-isu negatif. Televisi swasta menayangkan berita-berita yang kurang baik dari elit parlemen, dan terus diulang-ulang. Selain itu, ada juga isu-isu politik yang sebenarnya merupakan kebutuhan para elit semata. 

Bagi warga biasa, tidak penting untuk memikirkan demokrasi dan perangkatnya. Yang paling penting adalah bagaimana menjalani hidup yang sejahtera. Bagi keluarga dan diri sendiri tentunya. Mungkin lebih enak juga jadi manusia tanpa telepon genggam, tanpa kuota, tanpa data. Tidak pernah bangun harus mengutuk-ngutuk membaca hoax yang disampaikan kalangan terpelajar, elit, dan intelektual yang nir literasi teknologi.

Menggenggam telepon genggam bukan berarti berperilaku positif. Berbagai isu-isu negatif disebarkan oleh orang yang itu-itu saja. Di grup yang isinya relatif homogen. Seakan memancing amarah. Padahal kesehariannya memimpin umat dalam berjamaah. 

Tetapi mengapa suka sekali menyebarkan berita yang belum jelas di media sosial? Mungkin karena kurang piknik, picik, kurang luas pegaulannya? atau memang segitu saja kualitas hidupnya???. Maka benar kata seorang teman, grup WA adalah sarana untuk silaturahim saja. Suka beri jempol, gak suka biarkan saja, atau hapus saja postingan tersebut. Kalau tipis kulit telinga, maka kita akan sering keluar masuk grup WA. 

Ada kata bijak lain yang perlu dikutip dari seorang tokoh aktifis yang saya kenal. Bahwa dalam hidup, bagaimana caranya untuk menghadapi seseorang yang "nakal tapi pintar", itu adalah seni dalam hidup. Maka dalam pengelolaan organisasi, semakin banyak masalah, semakin banyak tantangan, dan semakin tinggi tingkat seni manajemen yang dihadapi. Kalau saya mengingat akan life and problems. Dalam hidup pasti ada masalah. Masalah itu bisa dihadapi, dialihkan ke pihak lain, atau dihindari. Kita akan benar-benar tidak punya masalah, ketika kita sudah berhenti bernafas (nasihat calon mayat).

Hari-hari di era PPKM level 4 selalu diisi dengan vicon, video conferencing.  Untuk rapat, kerja, diskusi, maupun aktifitas lainnya. Justru karena WFH, kadang jam kerja menjadi seperti plastik, meral. Pagi sampai malam terus datang berbagai vicon. Seharian di rumah dihadapan laptop. Pada beberapa kesempatan, ada saat-saat harus menghadapi diua layar vicon. Karena kedua-duanya penting dan tak bisa ditinggalkan. Menurut kita saat itu.

Alhamdulillah atas hari ini. Masih bisa berpikir positif. Bekerja dari rumah. Memenuhi beberapa target. Serta memiliki rencana untuk memenuhi target-target berikutnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun