Nabi Muhammad SAW hanya tiga kali melakukan sholat Tarawih di Masjid, selebihnya dilakukan di rumahnya. Hal ini dilakukan agar umat Islam tidak menjadikannya sebagai sholat yang wajib. Bagi kita melaksanakan sholat Tarawih di Masjid adalah ritual ibadah yang dinanti. Karena ada keutamaan sholat jamaah, sholat Tarawih, dan mendengarkan tebaran hikmah dari seorang pendakwah di Masjid.
Pada Ramadhan sebelum-sebelumnya, peminat ke Tarawih di Masjid juga fluktuatif. Diawal biasanya penuh, dan semakin ke akhir semakin berkurang. Sepuluh hari terakhir mulai ramai dengan mereka yang berniat itikaf di masjid. Seharian di masjid untuk melakukan berbagai acam ibadah, baik yang wajib maupun yang sunat. Bagi yang berkelebihan harta, sepuluh hari terakhir dilaksanakan dengan Umroh di Tanah Suci. Niat, dalam Islam sudah mendapat ganjaran. Niat berbuat kebaikan sudah seperti menjalankannya. Maka jangan khawatir untuk tidak ke Tarawih, karena kita menghadapi musuh yang tidak terlihat. Menurut perumpaan Ustadz UAS, seperti menghadapi Singa, tapi tidak terlihat. Maka wajar bila Pak RT menyatakan, agar kita tidak keluar rumah.
Keleluasaan waktu ini membuka peluang untuk melaksanakan Tarawih bersama keluarga di rumah. Karena dilaksanakan di rumah, maka pelaksanaannya sesuai kesepakatan. Dilaksanakan jam delapan malam. Dilaksanakan dengan membaca surat-surat juz amma. Jumlah rakaatnya juga yang sebelas rakaat. Karena memang membiasakan anak-anak. Terjadi dialog yang santai selama sholat. Bolehkah sholatnya 15 rakaat? Bolehkah sholat witirnya langsung tiga rakaat?. Maka disitu terjadi pembelajaran. Orangtua harus memahami struktur sholat tarawih, syarat dan rukunnya. Jangan malu untuk berterus terang kalau tidak tahu, karena semua ilmu pengetahuan, sebagian besar, bisa diakses dengan googling :).
Hari pertama berdua dengan anak laki-laki. Karena anggota yang lain berhalangan. Hari kedua dengan anak laki dan perempuan, karena istri masih berhalangan. Satu hal yang mendominasi adalah hiburan internet. Sehingga fokus ibadah menjadi terlenakan. Bangun tidur langsung buka telepon genggam. Sahur ditemani lagu-lagu K-Pop. Kalau generasi orangtua nonton penceramah pengantar sahur sesuai idolanya masing-masing. Atau ditemani ketawa-ketiwi konyol saluran teve tertentu. Sehabis sholat shubuh langsung tadarus Al Qur an, target tamat satu juz selama sebulan ini. Eh malah buka internet, sibuk bergaul di grup WA, menjawab sesuatu yang bukan urusan kita. Mempermasalahkan urusan negara lain, perusahaan lain, umat lain, atau hal-hal lainnya, sebagai bentuk kepedulian yang ternyata tidak ada hubungannya dengan diri kita. Itulah cermin diri kita saat ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H