Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Kerja di Rumah karena Kebijakan Isolasi

17 Maret 2020   17:12 Diperbarui: 17 Maret 2020   17:22 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Lukas Bieri from Pixabay

Pada minggu ini, sejak tanggal 17 Maret 2020. Terpaksa kerja dari rumah. Mengikuti ketentuan yang dibuat oleh pimpinan. Pekerjaan-pekerjaan dilaksanakan secara daring. Tentu saja ini menjadi tantangan bagi para pemangku kepentingan. 

Bagi yang bekerja di dunia pendidikan, kelas daring menjadi pilihan. Beberapa penyedia layanan belajar daring mengemuka. Gratisan maupun berbayar. Penyedia "les daring" juga berpartisipasi dalam hal ini. menggratiskan layanannya pada kurun waktu tertentu.

Learning Management System berbasis Moodle, pada sejatinya banyak digunakan oleh beragam pemangku kepentingan pendidikan di berbagai perguruan tinggi terkemuka di Indonesia. Adapula schoology yang juga memiliki fitur-fitur yang mudah digunakan. perguruan tinggi yang lebih siap, akan lebih seragam alat yang dipakainya. kalau sangat beragam, berarti sistem pembelajaran daringnya bisa jadi belum terbakukan.

Salahsatu kendala dari bekerja di rumah, seperti juga kantor virtual, adalah adanya kebebasan dalam waktu bekerja. Jika tidak diatur dalam jadwal yang rapih, maka akan mengurangi moril dalam bekerja. 

Seperti seorang lulusan Jerman, bekerja sebagai konsultan, setiap hari kerjanya hanya mengantar anaknya sekolah. Sehingga ditawarkan bekerja oleh Pak RT di lingkungannya. Di dunia yang serba terhubung ini, akan ada banyak hal yang tidak dipahami oleh umum. 

Kerja di rumah, beririsan dengan anak-anak yang belajar di rumah. Akibatnya rumah menjadi lebih meriah. Sebentar-sebentar sang Ibu menyapu, membereskan barang-barang dan menyiapkan makanan. Terjadi kompromi antara main gim internet dengan belajar. Baik belajar mandiri maupun belajar yang diatur oleh pihak sekolah/guru. 

Ini hari pertama. Semuanya masih baik-baik saja. Semoga ke depan akan lebih produktif lagi dalam bekerja di rumah. Paling tidak ada karya monumental yang dihasilkan. Melunasi hutang-hutang pekerjaan yang belum terselesaikan. 

Walaupun kerja di rumah jadi solusi. Dunia per WA an sangat dinamis. Berbagai komentar berhamburan, dari yang bernada canda, santai, setengah santai, serius, sangat serius, dogmatis, dan bahkan rasis. Tentu saja semuanya tidak perlu dikomentari. 

Hidup ini terlalu pendek untuk diisi dengan menanggapi orang yang berbeda pandangan dengan kita. Karena beda paradigma berpikir, beda bacaan, beda lingkungan sosial, beda lingkungan pergaulan, dan juga beragam hal lainnya. Sampai-sampai ada yang mensitasi ilmuwan dengan kata pengantar yang menyindir. 

Padahal ia tidak paham konteks apa yang dibicarakan. Memang, saat ini, untuk menjadi pemuka agama, harus memahami ilmu sosiologi. Jika tidak, maka akan tergagap-gagap dengan wacana yang beredar di masyarakat. Baik itu wacana daring di media sosial, maupun di masyarakat.

Kebijakan kerja di rumah secara positif mendekatkan keluarga. Ayah bisa memantau anak-anaknya belajar. Memahami betapa sibuknya ibu melakukan kegiatan multitasking dari bangun tidur sampai mau tidur lagi. Bersosialisasi dengan tetangga, yang selama ini jarang dilakukan. 

Ketika ada ketidakpastian, kita jangan larut dalam gelombang. Tetapi mulailah berpikir untuk membuat kreativitas dalam berkarya. Wassalam

Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun