Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tikus di Jalan

28 Desember 2019   09:35 Diperbarui: 28 Desember 2019   09:36 7
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Kalau tuan suka mengendarai mobil, tentu pemandangan ini jarang terlihat. Tapi jika tuan mengendarai motor, melewati jalan-jalan perkampungan di kota Jakarta, pasti sering menemukan bangkai tikus dibuang ke jalan.

Beberapa masih baru, beberapa sudah setengah hancur terlindas, dan beberapa sudah tergilas padat di jalanan, menjadi semacam kulit hitam yang menandai bahwa itu adalah jenazah sang tikus.

Pemandangan ini tentu tidak ada di jalan besar. Hanya ada di jalanan kecil. Sebenarnya ada pasukan oranye yang membersihkan jalan, tapi kasihan jika mereka diberi tiugas tambahan membersihkan bangkai tikus di jalanan.

Intinya adalah pada kebiasaan masyarakat urban yang buruk. Membuang sampah ke jalan. Pasti ada cara membuang tikus mati, tanpa harus membuat orang lain murka.

Bayangkan, jika anda membuang tikus ke jalanan. Dijalanan ada 200 orang pemotor lewat, mereka merasa terganggu. Maka anda berdosa mengganggu kenyamanan berkendara orang lain.

Apalagi jika ada 300 orang pemotor yang "misuh" atau mendoakan kejelekan buat anda, maka anda menerima doa tersebut, ataupun hanya ucapan "siXXXXn tu orang buang bangke tikus ke jalan !".

Mungkin anda tidak peduli, namun kita tidak tahu doa dari mulut siapa yang dikabulkan Tuhan. Maka kita sudah didoakan oleh 400 orang agar menjadi sial. Siapa menabur angin akan menuai badai. 

Belum lagi dari aspek kesehatannya. Dengan adanya bangkai tikus yang rusak, akan mengundang penyakit. Ketika ada orang yang sakit karena itu, maka anda juga menjadi bagian dari sebab sakitnya mereka. Maka anda menanggung dosa tanpa disengaja. Timbangan amal ibadah akan dikurangi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun