Kalau tuan suka mengendarai mobil, tentu pemandangan ini jarang terlihat. Tapi jika tuan mengendarai motor, melewati jalan-jalan perkampungan di kota Jakarta, pasti sering menemukan bangkai tikus dibuang ke jalan.
Beberapa masih baru, beberapa sudah setengah hancur terlindas, dan beberapa sudah tergilas padat di jalanan, menjadi semacam kulit hitam yang menandai bahwa itu adalah jenazah sang tikus.
Pemandangan ini tentu tidak ada di jalan besar. Hanya ada di jalanan kecil. Sebenarnya ada pasukan oranye yang membersihkan jalan, tapi kasihan jika mereka diberi tiugas tambahan membersihkan bangkai tikus di jalanan.
Intinya adalah pada kebiasaan masyarakat urban yang buruk. Membuang sampah ke jalan. Pasti ada cara membuang tikus mati, tanpa harus membuat orang lain murka.
Bayangkan, jika anda membuang tikus ke jalanan. Dijalanan ada 200 orang pemotor lewat, mereka merasa terganggu. Maka anda berdosa mengganggu kenyamanan berkendara orang lain.
Apalagi jika ada 300 orang pemotor yang "misuh" atau mendoakan kejelekan buat anda, maka anda menerima doa tersebut, ataupun hanya ucapan "siXXXXn tu orang buang bangke tikus ke jalan !".
Mungkin anda tidak peduli, namun kita tidak tahu doa dari mulut siapa yang dikabulkan Tuhan. Maka kita sudah didoakan oleh 400 orang agar menjadi sial. Siapa menabur angin akan menuai badai.Â
Belum lagi dari aspek kesehatannya. Dengan adanya bangkai tikus yang rusak, akan mengundang penyakit. Ketika ada orang yang sakit karena itu, maka anda juga menjadi bagian dari sebab sakitnya mereka. Maka anda menanggung dosa tanpa disengaja. Timbangan amal ibadah akan dikurangi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H