Hari ini bertemu mahasiswa, membahas tentang bagaimana bangsa Indonesia begitu mudah menerima kebudayaan asing. Diskusi begitu lancar dengan membahas bagaimana suatu komunitas bisa menerima dan menolak unsur-unsur budaya asing.Â
Setelah itu juga sedikit membahas bagaimana cara pandang dalam membahas budaya-budaya lokal. Perspektif Emik dan Perspektif Etik dikemukakan dengan berbagai contohnya.
Lalu dibahas pula bagaimana pembangunan sebagai konsep yang dilaksanakan tanpa adanya pendekatan sosiologis akan merugikan pembangunan itu sendiri. Papua menjadi contoh, bagaimana pendekatan pembangunan dilaksanakan tanpa adanya pendekatan sosio kultural. Seperti yang disitir oleg Guru Besar Unair pada tulisannya di sebuah surat kabar skala nasional. Disitu juga beliau mengutip sebuah penelitian ilmiah tentang pembangunan di Papua.
Konsep selanjutnya dibahas tentang gegar budaya "culture shock". Apa itu dan bagaimana pendapat para generasi milenial tentang solusinya. Sembari mengadakan jajak pendapat mereka tentang "Setuju atau Tidaknya Iklan Blackpink di Shopee? " Tentu hasilnya tidak jauh berbeda dengan anggapan yang ada di kepala anda wahai pembaca. itulah kenyataan yang terjadi, ada pergeseran budaya dan tata nilai di masyarakat kita.
Kemudian dibahas pula bagaimana fungsi sekolah sebagai lembaga konservasi dan sosialisasi. Sebagai pembawa konservatisme atau liberalisme?. Ini bahasan yang blak-blakan dengan para calon guru masa depan. Dimana kedua hal tersebut membuka bekal diri, mau dibawa kemana bangsa ini ke depan.
Diakhir disampaikan bagaimana pertemuan Presiden dengan para budayawan yang membahas Strategi Kebudayaan Indonesia. DI media massa tidak banyak gaungnya dihasilkan, yang ada hanya sekilas sambutan budayawan dan sambutan Presiden. Saya berfikir bagaimana sebenarnya strategi kebudayaan Indonesia menurut para budayawan di tahun 2018 ini. Dimana budaya asing semakin massif menancapkan penetrasinya, sementara budaya suku-suku bangsa asli Indonesia semakin mengerucut menjadi beberapa suku besar saja.Lalu? mau dibawa kemana strategi kebudayaan Indonesia ini?
Semoga strategi kebudayaan Indonesia ada di para pemangku kepentingan di negara ini. Dengan memiliki nilai-nilai acuan yang mendorong Indonesia menjadi warga dunia yang disegani, karena memiliki modal keberagaman budaya, bahasa Indonesia, dan hal lainnya. Diskusi menyarankan agar nilai-nilai 1) keramahtamahan (hospitality); 2) akademik; 3) teknologi; 4) sistem (keteraturan) dan aspek-aspek nilai lainnya perlu digali dan menjadi modal untuk mendorong strategi kebudayaan bangsa Indonesia di jaman milenial ini. Ini adalah diskusi dengan mahasiswa kelas J, di sudut ruang laboratorium pembelajaran Universitas Muhammadiyah Prof Dr Hamka. Bersama para calon guru generasi milenial yang kritis dan lugas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H