Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menuju Chiang Mai

8 Oktober 2017   21:24 Diperbarui: 8 Oktober 2017   21:53 943
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ke Chiang Mai terlaksana, karena tugas kerja. Pekerjaan yang berbeda dengan para pengajar lainnya. Mereka lebih banyak mendidik, mengajar, melakukan pengabdian. Sedangkan aku, membuat jejaring-jejaring dan jejaring. Terkadang meninggalkan kewajiban mengajar, harus diganti di lain waktu. Hari minggu ini, ketika rekan seprofesiku sedang asyik tertidur, aku harus bangun pagi... dini hari. Jam setengah empat pagi sudah meminta tolong petugas sekuriti di RT-ku untuk mengantar ke Terminal Rambutan. Damri Bandara sudah siap mengantarku ke Cengkareng.

Hari ini Anto, agak terlambat. Mungkin karena kesibukannya sesudah punya bayi kecil. Namun sebagai sekuriti ia hanya terlambat sekitar delapan menit. Meluncurlah aku ke terminal Rambutan. Sesampainya disana, sesudah menunggu sebentar, lalu bis melaju ke Tangerang. Lalulintas cukup lancar, sehingga sampai di Terminal 2 masih jam lima-an.

 Tetapi antrian di terminal cukup banyak, ada rombongan pelancong menuju Thailand di depan saya. Mereka tidak difasilitasi grup, tetapi dalam praktiknya menggrup. Sehingga antrian cukup lama disini. Tetapi masih bisa menunaikan sholat shubuh sesaat sesudah masuk ke ruang tunggu. Disini saya bertemu rekan dari Universitas Juanda Bogor, mereka bertiga, tetapi penerbangan Bangkok - Chiang Mainya tidak bersamaan.

Sebuah buku menemaniku selama perjalanan. Buku yang lama dibeli, tapi belum pernah dibaca. Buku ini dipuji sebagai Novel Pembangun Jiwa, karangan penulis "Ayat-ayat Cinta". Penasaran dengan hal itu, maka buku ini menemani perjalananku menuju Chiang Mai. Dibaca, ditutup, teman tidur, dibaca lagi. 

Alhamdulillah sampai ke hotel sudah halaman ke-330. Buku yang menggambarkan kekinian Turki dalam lintasan sejarah tokoh "Keajaiban jamannya" Said Nursi dibalut kisah seorang santri mahasiswa asal Jawa Timur di Universitas Madinah yang melancong ke Turki diajak temannya, dengan bumbu-bumbu kegalauan khas seorang santri. Menarik sekali, dan beberapa bagiannya cukup mengharukan.. 

Perjalanan Cengkareng Don Mueang ditempuh dengan pesawat TLA pukul 06.30. Cukup ramai dan tepat waktu. Setelah transit selama kurang lebih lima jam di Bangkok. Saya melanjutkan perjalanan dengan NA, maskapai penerbangan lokal dengan warna pink dan maskot wajah dinosaurus apa kadal yaah. Lumayan bagus juga pelayanannya. Hari minggu ini pesawat tidak full penumpangnya, ada beberapa bangku kosong disamping dan belakang saya. 

Di Terminal 2 lantai Empat ternyata sudah ada restoran halal. Demikian pula di bandar keberangkatan domestik. Alhamdulillah tidak menyusahkan kaum muslimin. Sambil menunggu waktu boarding, saya makan tomyam disini, serta menukarkan uang untuk bekal nanti.

Di Bandara Chiang Mai kami dijemput oleh tim tuan rumah yaitu dari Chiang Mai Rajabhat University. Untuk diantar ke lokasi pertemuan. Empress Hotel. Sampai disini, saya beristirahat sebentar, mencari arah kiblat dengan qiblaway dan waktu sholat dengan islamicfinder. Beberapa saat kemudian membuka aplikasi peta untuk mencari tahu keberadaan restoran halal. Diperolehlah sebuah nama, yang ternyata cukup dekat.

Setelah sholat magrib saya berjalan kaki menuju lokasinya. Perjalanan ke luar negeri, kemudian berjalan sendirian di negeri asing, memberikan sensasi tersendiri. Mengasyikan... meskipun kadang harus waspada, memperhitungkan berbagai hal-hal tak terduga. Di lobby beberapa teman dari Indonesia, Filipina dan Thailand tampak berkumpul. Kebanyakan mereka adalah pejabat-pejabat tingkat fakultas maupun rektorat. Sehingga memiliki gaya dan selera tersendiri yang mungkin berbeda dengan kalangan backpackeran hahaha

Brother dari Pakistan membuka usaha ini, dengan menu masakan Asia, Thailand, India, dan Arab. Padthainya cukup mengenyangkan dengan harga tidak terlalu mahal, standar saja. Menurut peta, kalau berjalan terus akan ketemu Karalee Night Bazaar, dan juga sebuah masjid. HAri ini tidak bisa dijumpai, karena hari semakin malam. Oh yaa acara yang kami temui adalah evaluasi program yang didakan oleh Asosiasi Kementrian Pendidikan se ASEAN, yaitu Program SEATeacher IV yang situsnya dapat dilihat disini

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun