Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Stay focus

17 Oktober 2015   16:26 Diperbarui: 17 Oktober 2015   16:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selalu fokus dengan apa yang menjadi keinginan. Jangan banyak membuang waktu percuma, seorang kyai masyhur di Jawa Timur bilang: "No time for ecek-ecek!". Tentu saja dbiutuhkan multiple intelligence dalam hidup ini, kita memakainya secara berkaitan dalam keseharian kita. Konon kata pakar pendidikan: seorang yang cerdas secara intelektual akan berkurang kecerdasannya jika ia sedang sakit hati. Oleh karena itu kita harus menjaga keseimbangan --- harmoni ---- dalam kehidupan kita yang pendek ini. Yaa memang pendek sehingga tidak terasa kita sudah weekend lagi, kemudian hari Senin lagi, dan selanjutnya.

Focus artinya selalu mendahulukan yang paling penting. Hari ini saya pergi kondangan bersama seorang dosen senior. Ia bercerita bahwa cucunya bisa menguasai konsep yang dia ajarkan selama ini kepada mahasiswa tentang dokumen dan dokumentasi. Ternyata perkembangan ilmu pengetahuan sedemikain cepatnya, sehingga kalau dosen senior tidak meningkatkan pengetahuannya, maka pengetahuannya akan disalip oleh siswa kelas dua pendidikan dasar. Itulah tugas pendidik jaman sekarang, fokus dengan apa yang semestinya dia pelajari demi meningkatkan kapasitas dirinya. Saat ini banyak sekali intelektual yang tidak fokus, akhirnya mengejar proyek-proyek yang sebenarnya cukup dilakukan oleh level menengah. Gak harus professor. Tetapi itulah kenyataannya, banyak dari kaum intelektual lebih senang kerja-kerja sebagai tim ahli, daripada mengajar, meneliti dan mengabdi kepada masyarakat dengan bidang ilmunya. Hal yang terasa garing jika gelar dan pengalaman mentereng ternyata hanya bekerja dan mengerjakan proyek yang tidak begitu berbobot ilmiah. Itulah kenyataannya.

Namun pengelolaan pengetahuan yang "garing" masih saja terjadi. Di Banten, pada buku teks Pelajaran IPS kelas dua ada pertanyaan: Apakah yang dimaksud dengan politik adu domba? Menanyakan politik ke siswa kelas dua adalah konyol, sehingga tidak heran jika jawaban anaknya juga lebih konyol : "politik shaun the sheep". Herannya gurunya malah mencoret jawaban tersebut, dan tidak ada upaya perbaikan, klarifikasi, atau apalah yang bisa mengoreksi soal aneh penerbit buku teks tersebut. Kisah nyata ini terjadi di daerah Balaraja, provinsi Banten. DIkisahkan oleh seorang teman yang mengulas jawaban soal keponakannya yang konyol bin unik :). Guru itu tidak fokus, pembuat soal/penulis buku teks juga tidak profesional. Mengajarkan politik adu domba untuk siswa kelas II. Ataukah ini ciri-ciri ilmuwan sosial kita sedang "sakit"?

Idealnya adalah bagaimana seseorang selalu mengupdate pengetahuannya, karena kemajuan iptek sangat cepat. Kalau seminggu saja tidak ke "gramed", maka bidang ilmu tertentu akan terasa sudah "out of date". Focus dengan yang serius, dan tidak banyak menonton hiburan layar kaca yang membodohi dan melenakan emosi.

Tidak fokus.... Mungkin hal ini terjadi karena mengajar dan meneliti belum menjadi focus dosen di Indonesia. Beberapa malah senang dengan kerja-kerja administratif. Beberapa dari mereka merangkap dosen dan administratur karena tuntutan ekonomi. Beberapa mengajar hanya sebagai sarana jaga imej, karena sebenarnya memiliki penghasilan besar dari bidang lainnya. Mereka inilah yang sepertinya tidak terlalu "ingin" untuk meningkatkan kapasitas dirinya. Just teaching and leaving !:)

Seperti halnya internasionalisasi kampus saat ini. Kita "terbawa arus" atau mau "mewarnai" arus. Setiap kampus hendaknya siap sedia dengan relasi antar kampus lintas negara. Didukung oleh terbukanya Masyarakat ASEAN di tahun 2015. Kampus harus fokus dengan mutu sekarang dan yang akan datang. Serta "memutar kepala" untuk memajukannya di masa depan melalui program jangka pendek, menengah, dan sedang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun