Tokoh Muhammadiyah ini memiliki beberapa kekhasan yang dibahas pada buku AR Fakhruddin, Sufi yang memimpin Muhammadiyah. Berikut ini disampaikan beberapa informasi terkait dengan buku tersebut. Sumber gambar: http://aspensi.com/views/2013/11/13/2257/2349000-learning-from-kh-ar-fakhruddin) Spesifikasi: buku tersebut berukuran 13,5 x 20 cm dengan jumlah halaman xi + 137 + xxii halaman. Halaman belakang berisi testimoni dari beberapa orang yang mengalami interaksi dengan beliau seperti Mahfud MD, Sri Purnomo, Siti Chamamah Soeratno. Buku tersebut diterbitkan oleh Pustaka Ribathus Suffah pada tahun 2010. Sebuah penerbit kecil di Yogyakarta. Ditulis oleh Faried Cahyono dan Yuliantoro Purwowiyadi. Ada beberapa fragmen kehidupan Pak AR, demikian beliau sering dipanggil, yang menarik bagi saya. Pak AR dan 22 tahun memimpin Muhammadiyah. Pak AR memiliki rekor sebagai pemimpin Persyarikatan Muhammadiyah terlama, bahkan lebih lama dari KH Ahmad Dahlan sebagai pendiri Muhammadiyah. Dalam Muhammadiyah dikenal sikap menolak jabatan, tetapi kalau diberi amanat jabatan, maka anggota Muhammadiyah harus mengemban amanah itu dengan sebaik-baiknya. Itulah yang terjadi pada Pak AR. Karena perilaku beliau yang selalu menjadi teladan, keluasan pengetahuan agama kematangan kepribadiannya menjadikannya selalu dipilih oleh para muktamirin. Walaupun beliau menolak untuk menjabat di periode selanjutnya. Pak AR adalah produk pesantren, hanya lulusan sekolah menengah, tetapi meniti karir dan jalan dakwah di Muhammadiyah. Pak AR dan Soeharto. Pak AR memiliki hubungan yang baik dengan penguasa Orde Baru. Sebelum orang lain mengeritik dan memintanya untuk mengundurkan diri. Pak AR sudah memintanya untuk mengundurkan diri dari jabatan Presiden RI. Permohonan tersebut tentu saja disampaikan dengan bahasa yang halus dan sopan. Memiliki hubungan baik, menasehati, dan mengeritik dengan elegan adalah cara berdakwah Pak AR yang bisa menembus semua kalangan. Walaupun Pak Harto menolaknya juga dengan halus, karena katanya masih banyak orang yang meminta saya untuk menjadi Presiden. Pak AR dan jualan bensin eceran. Pak AR adalah satu-satunya ketua Muhammadiyah yang menghidupi keluarganya dengan jualan bensin eceran. Dalam buku ini diceritakan bagaimana aktifis mahasiswa merasa terharu ketika motornya kehabisan bensin, didorong sampai ke halaman rumah Pak AR, dan beliau sendiri yang mengisikan bensin ke motornya. Cerita serupa juga disampaikan oleh seorang kolega, yang menuturkan bagaimana kenalannya yang alumni Muallimin Muhammadiyah tesentuh dengan kesederhanaan Pak AR. Alumni ini akhirnya menempuh jalan darma dan jalan rezeki sebagai aktifis kemanusiaan. Pak AR tidak mencintai duniawi. Menurut buku ini, keinginan duniawi yang paling diinginkan Pak AR adalah sepeda merk gazelle pada masa mudanya. Ia memperolehnya pada saat berusia jelang tigapuluhan. Setelah itu ia berkata pada dirinya: sudah cukup keinginan duniawi. Dan ia menempuh jalan zuhud di dunia seperti para sufi. Ibadah yang wajib dan sunnat selalu dilaksanakan. Menahan diri dari amarah. Kalau tidak memperoleh jadwal sebagai khatib, ia berjalan ke luar kota dan berhenti dimana ada masjid untuk menjadi makmum - saatnya untuk dikhutbahi orang lain !. Pak AR juga sangat antusias untuk berdakwah kepada rakyat biasa, serta tidak meminta fasilitas yang wah. Ia memiliki kemampuan dalam membahasakan bahasa agama menjadi sederhana dan mudah dicerna oleh kalangan awam. Ia mencontoh bagaimana Rasulullah SAW memperlakukan umatnya yang tidak membedakan antara kalangan atas dan kalangan bawah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H