Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Politik

Seniman, Televisi, Media Sosial dan Gubernur Jawa Barat

20 Oktober 2012   23:26 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:35 442
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Jawa Barat terbentang luas, dari Sukabumi kabupaten sampai ke Cirebon. Daerah yang luas ini sekarang sedang membutuhkan Gubernur baru yang akan dipilih secara langsung. Beberapa partai politik sedang menimbang – nimbang siapa yang akan mereka sodorkan untuk menjadi gubernur dari partai mereka. Kalau tidak hati – hati mendengar suara rakyat, maka akan terjadi seperti kasus di DKI Jakarta. Calon pilihan elit politik akan dihempaskan oleh kekuatan akar rumput, bahkan dikalahkan oleh calon independen. Calon petahana. Kang Aher dari PKS, juga menjadi pertimbangan menarik. Kompasianer menulis beliau memiliki 75 penghargaan yang tidak banyak diliput oleh media massa. PKS dan PAN yang memiliki kursi sedikit di DPRD Jawa Barat ternyata mampu mengalahkan dominasi Demokrat, PDI Perjuangan dan Golkar.

Beberapa artis mengemuka untuk menjadi calon, adapula Jenderal Polisi. Teten Masduki menjadi calon yang banyak diperbincangkan. Salahsatu hal yang menonjol dalam persaingan calon gubernur Jawa Barat adalah etnisitas. Semua yang muncul rata – rata adalah Urang Sunda yang sudah berkiprah di bidang masing – masing dan mempunyai prestasi. Kesukuan memang menjadi daya jual bagi masyarakat Jawa Barat, yang dihuni oleh suku terbesar kedua di Indonesia setelah suku Jawa. Mungkin akan menarik jika ada orang Jawa nyalon di Jawa Barat J, menurut berita di media online, ternyata di Jawa Barat banyak perda – perda yang diskriminatif!!! Wah – wah – wah, padahal daerah ini kan penyangga ibukota.

Kalau melihat dari segi popularitas, sebenarnya artis yang paling popular di masyarakat Sunda adalah Sule alias Entis Sutisna. Saya yakin kalau Sule mencalonkan diri, maka banyak orang yang ‘like’, walaupun sebenarnya saya lebih suka Sule tetap menjadi seniman serba bisa saja, daripada menjadi pejabat.

Dul Sumbang alias Wahyu Hidayat pernah menciptakan lagu yang dalam syairnya menyentil keberadaan orang Sunda, Urang Sunda dimarana?. Syair – syair lagu Dul Sumbang sebagai ‘Iwan Fals’nya orang Sunda juga sangat popular di pedesaan dan masyarakat suku Sunda pada umumnya. Kalau Kang Dul Sumbang mencalonkan diri, maka banyak juga yang akan mendukungnya. Tetapi saya ragu beliau mau terjun ke dunia politik.

Artis ketiga yang popular adalah penyanyi dan pencipta lagu aliran Calung yaitu Darso (almarhum), kemasyhurannya menurun kepada penerusnya yaitu Asep Darso. Masyarakat penyuka seni tradisi pasti akan mendukung Asep Darso. Cuman sayang ketiga – tiganya mewakili daerah Priangan. Sule orang Cimahi, Dul Sumbang di Bandung, dan Darso di Banjaran. Sehingga daya tarik bagi rakyat di daerah lainnya bisa berkurang. Satu lagi artis paling tenar adalah Dalang Asep Sunandar Sunarya, juga dari Banjaran. Mereka yang saya sebutkan bisa disejajarkan bahkan lebih dari Dede Yusuf, Primus, Rieke Diah Pitaloka, ataupun Nurul Arifin. Lagian pula, rakyat Jawa Barat tidak membutuhkan pemimpin artis, yang dibutuhkan adalah pemimpin yang mampu bekerja keras membangun Jawa Barat.

Dream From My Father adalah sebuah audio book yang disusun oleh Barrack Hussain Obama sebelum mencalonkan diri menjadi Presiden Amerika Serikat. Entah bagaimana caranya (thanks to Internet ;) ) saya akhirnya bisa memperoleh audio book tersebut beberapa tahun yang lalu dan juga versi tulis dalam bentuk pdf. Lumayan untuk belajar listening bahasa Inggris saya. Setelah mendengarkan audio book itu saya jadi berfikir, bagaimanapun untuk menjadi pejabat publik harus disiapkan sedemikian rupa sejak jauh – jauh hari. Menanam saham sebelum benar – benar mencalonkan diri menjadi pejabat. Saya belum melihat bagaimana kontribusi para calon yang ada, kepada masyarakat Jawa Barat dan suku Sunda, selain dari adanya warisan darah dan nama yang ‘nyunda’.

Terpilihnya Joko Widodo dan Basuki Tjahaya Purnama sebagai Gubernur DKI Jakarta telah menjadi pembelajaran politik bagi masyarakat Indonesia. Sentralisme Televisi telah menjadikan berita ibukota terasa dekat. Dukungan terhadap Jokowi – Ahok meluas, bahkan lebih luas dari daerah pemilihannya.

Peran televisi nasional sangat kuat, walaupun beberapa televisi dimiliki oleh bos yang aktif di partai politik. Namun berita baik sulit dibendung dan ditutup – tutupi, cepat menyebar. Ditutup dari satu saluran akan muncul dari saluran lainnya. Peranan media jejaring sosial berbasis internet seperti blog, facebook, twitter, dan sejenisnya penting juga. Sebagai penyeimbang mainstream media yang sarat dengan kepentingan. Akhirnya terlihat bagaimana Amien Rais, Rhoma Irama, MUI Jakarta, politikus partai, maupun pejabat tidak memiliki kuasa kata yang mampu dituruti oleh masyarakat pembaca tulisan/komentar mereka. Logika berpikir mereka ramai – ramai diruntuhkan oleh ‘blogger power’ dan disebarkan secepat kilat, melalui siulan burung biru kecil.

Apakah rakyat Jawa Barat penonton televisi nasional? Apakah pembelajaran politik Pemilukada DKI Jakarta merubah persepsi politik mereka? Apakah partai – partai besar masih mengakar di rakyat Jawa Barat? Kita lihat di Pemilukada Jawa Barat yang akan datang.

Salam Urang Sunda, Salam Indonesia!

Wuhan, 2012-10-21

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun