Mohon tunggu...
Giwangkara7
Giwangkara7 Mohon Tunggu... Dosen - Perjalanan menuju keabadian

Moderasi, sustainability provocateur, open mind,

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

XiaoXue/SD di Wuhan: Pemberian Penghargaan kepada Siswa

19 Oktober 2012   20:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:37 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Siswa kelas satu sekolah dasar memang paling banyak menghabiskan energi bagi guru. Siapa bilang menjadi guru kelas satu itu mudah? Tidak semua guru mampu mengajar di kelas satu. Apalagi kalau jumlah siswanya 63 orang seperti di kelas anak saya. Kalau di negeri kita, kelas satu diajar oleh satu guru yang mengajar semua pelajaran (mungkin sekarang ada beberapa pelajaran yang diampu oleh guru tertentu, penulis kurang update info hehehe!). Pengalaman anak yang sekolah di sini, Wuhan, Guru kelas memiliki banyak jam pelajaran di kelas setiap minggunya, terutama untuk pelajaran Yuwen (Bahasa tulis dan bahasa vokal) serta pelajaran Moral. Sedangkan pelajaran berhitung, musik, olahraga, dan kesenian (menggambar) memiliki guru – guru khusus, guru mata pelajaran.

Paling minimal dalam sehari terdapat satu pekerjaan rumah, namun umumnya ada dua PR yaitu pelajaran Berhitung dan Bahasa. PR tersebut dikerjakan dengan senang hati karena guru memberikan apresiasi kepada anak. Pemberian reward and punishment (penghargaan dan hukuman) memang merupakan salahsatu trick dalam pembelajaran yang kadang terlupakan. Punishment juga disampaikan dengan cara yang baik. Pertama kali masuk kelas, anak saya nangis karena ada yang colek – colek. Setelah saya sampaikan kepada guru wali kelasnya, kemudian guru tersebut memberi peringatan secara lisan kepada anak tersebut, dan setelah itu tidak pernah ada lagi kejadian seperti itu. Kebanyakan dari mereka adalah anak tunggal. Konon anak tunggal memiliki sifat egois yang lebih, selain itu mereka sangat diproteksi oleh ayah bunda maupun kakek neneknya dalam segala hal, atau mungkin sangat dimanja (?).

Paling senang anak memperoleh apresiasi dari guru, selain memberikan nilai secara kuantitatif. Misalnya 100 untuk benar semua! Beberapa guru juga memberikan penghargaan dalam bentuk lain. Contohnya adalah dengan memberikan stempel senyum tokoh kartun. Hal itu terlihat hanya sebagai hal yang kecil, namun dampaknya bagi anak sangat kuat. Anak merasa bangga dan termotivasi untuk terus berprestasi di kelasnya. Mengerjakan PR dengan semangat, walaupun kadang harus berjibaku dengan hasrat ingin bermain dan godaan bermain dengan sang adik.

sumber: www.newworldradical.com

Adapula penghargaan dalam bentuk kartu, atau juga dengan semacam piagam kecil, yang diberikan kepada siswa – siswa yang memiliki prestasi dalam pelajaran tertentu. Penghargaan berupa tepuk tangan, atau secara verbal lainnya sudah tentu ada dan disampaikan. Anak yang sikap sempurna, mendengarkan guru dan tidak berisik memperoleh permen atau di stempel bukunya dengan senyum ‘mickey mouse’ dan sejenisnya.

Ada satu waktu dalam jam pelajaran sekolah dimana para kakak kelas masuk ke kelas satu. Semacam organisasi siswa yang membimbing para adik kelas untuk bersikap yang baik dan berorganisasi. Dalam mendidik adik – adik kelasnya, para kakak kelas ini juga memberikan penghargaan dan hukuman. Misalnya siswa yang bersikap baik memperoleh kartu karakter kartun yang terkenal di kalangan anak – anak, yang tidak bersikap baik tidak memperoleh kartu.

Menjadi guru memang harus mengeluarkan modal, agar pembelajaran menjadi lebih berhasil. Jangan asal ada buku materi, hapal materi, berani mengajar di depan kelas dengan asal mengajar, tanpa persiapan memadai, tanpa greget, tanpa interaksi dialogis dua arah. Ini sudah jaman TIK, warna – warni, jamannya tiga sampai empat dimensi. Kalau mengajar dengan gaya ceramah cukup puas, maka berarti petaka bagi para siswa selama di pelajaran itu. Profesionalisme profesi guru harus ditegakkan dengan menata pelajaran secara serius.

Tuhan pun memiliki surga dan neraka untuk penghargaan dan hukuman kepada hamba – hamba Nya. Dan Tuhan pun memberikan kabar gembira dan ancaman kabar buruk bagi akibat – akibat perbuatan yang akan, sedang, dan telah diperbuat. Itulah edukasi Tuhan bagi manusia, maka penghargaan dan hukuman perlu disampaikan kepada penghuni kelas kita. Ini juga menjadi bagian dari pendidikan karakter kepada anak.

Wuhan, 2012-10-20 teacher rewards for students bisa di unduh di: www.pbis.org/.../IdeasToShare/freerewards4studentsnstaff.doc

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun