Orang yang sukses adalah orang yang merencanakan kesuksesannya. Demikian kata bijak yang saya baca pada tulisan seorang Kompasianer. Mohon maaf namanya lupa, saking banyaknya penulis dan tulisan yang antri terbit dalam hitungan menit bahkan detik di Kompasiana. Kalimat itu menarik bagi saya dan teringat selalu. Kesuksesan bukan kebetulan, tetapi direncanakan dengan sungguh - sungguh. Perencanaan yang baik adalah setengah dari keberhasilan, itu juga sebuah petuah yang telah lama saya dengar, dan kalau diterapkan akan sangat terasa manfaatnya. Namun kadang - kadang dalam hidup kita harus juga siap dengan kreatifitas dan inovasi, karena bisa saja kita tiba - tiba dihadapkan pada situasi yang mana kita belum siap untuk menghadapinya.
Kesuksesan dimulai dari dalam diri, walaupun mungkin ada faktor dari luar. Makanya ada profesi sebagai motivator. Contohnya adalah berhenti merokok, menurut pengalaman pribadi dan membaca serta mendengar dari pelaku - pelaku lainnya, berhenti merokok karena motivasi intrinsik lebih kuat daripada karena dorongan orang lain. Kesuksesan dan perencanaan berteman dekat, namun kadang - kadang rencana kita bertambah - tambah dalam perjalanan hidup ini. Tidak mengapa asalkan rencana utama tetap fokus untuk diraih sesuai dengan target waktu.
Menuliskan tentang kesuksesan bukan berarti diri sendiri penulis sudah menjadi orang sukses. Tetapi merupakan harapan dan doa untuk menjadi orang sukses. Kata bijak lain mengatakan bahwa energi positif akan menyebar lebih cepat dan menebarkan kebaikan kepada sesama. Sedangkan energi negatif akan meredup. Tersenyumlah, maka dunia akan ikut tersenyum. Menangislah maka engkau menangis sendirian. Melakukan ibadah yang wajib, senyum, sikap positif, persahabatan, berbuat baik, kedermawanan dan hal - hal baik lainnya akan mendorong hidup menjadi lebih bermanfaat, lebih terasa keberadaannya oleh orang - orang disekitar. Suatu bacaan di dunia maya menyatakan bahwa ternyata marah - marah membuat otak menjadi tumpul, sedikit nge - blank!. Walaupun dalam hidup kita perlu marah, tapi marahlah pada situasi dan kondisi yang tepat, sehingga tidak membahayakan kesehatan diri sendiri. Seorang bos saya dulu suka marah - marah, tetapi marahnya itu cuma sebentar saja dan ketika orang yang dimarahi itu pergi maka ia kembali ke kondisi awalnya, tidak marah.
Menulis membantu penulis untuk fokus dalam berpikir dan kompasiana menjadi ajang latihan menuliskan apa saja yang terkait dengan diri, dari yag serius sampai yang santai. Paling seru mendapatkan sisi lain dunia politik Indonesia dari sudut pandang Kompasianer yang memiliki latar belakang yang berbeda - beda. Bagaikan pelangi. Penulis sukses dan para amatir dapat berbagi tulisan dan bahu membahu saling membantu di ruang ini, namun kadang-kadang dapat muncul 'kado' istimewa berupa kritik tajam tanpa tedeng aling - aling dari kompasianer lain. Kata para senior harus siap untuk menghadapi itu, kalau niatnya untuk mengasah tulisan, perbanyaklah menulis, berilah komentar yang diperlukan sesuai dengan kapasitas. Menulis akan lebih berbobot apabila diimbangi dengan banyak membaca. Caping-nya Gunawan Muhammad menunjukkan bacaan apa yang dilahap olehnya. Tulisan juga menunjukkan kepribadian penulisnya. Beberapa penulis muda mengkritik Nurkholis Madjid karena tulisan-tulisannya yang dikatakannya tidak berpihak kepada kaum tertindas, tetapi berpihak kepada kemapanan.
Tulisan orang sukses akan menginspirasi bagi para pembacanya. Seorang pengusaha sukses China lain lagi, dia tidak menuliskan buku, tetapi dia terjun langsung ke lapangan mengadakan pelatihan entrepreneurship kepada para pemuda di daerah pelosok China, agar mampu meraih sukses. Dia yang memulai bisnis dari berjualan telur, telur puyuh, pakan ternak, dan sekarang memiliki grup perusahaan terpandang, Â sekarang menyebarkan semangat berbisnisnya dengan mengadakan workshop kepada para petani muda. Ia merencanakan kesuksesannya dan tahu bagaimana membagi kesuksesan dengan sesama tanpa menghambur - hamburkan hartanya ke dalam gaya hidup glamour. Penulisan adalah salah satu cara berbagi, beberapa orang lebih cocok dengan tindakan nyata.
Wuhan, 2012-10-16
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H