Saat ramai – ramainya Jokowi versus Foke, sebelum terlaksananya contrengan babak kedua, beberapa teman di Facebook meng-update statusnya dengan membuat tautan ke kompasiana.com. Pernyataan atau pertanyaannya adalah bahwa kompasiana berat sebelah, cenderung membela Jokowi dan mengecilkan peran Foke. Kalau fenomena seputar akun kompasiana tanpa foto, dan dibuat untuk memberikan komentar sih, sudah banyak yang menuliskannya, maka pada tulisan ini saya mencoba menumpahkan isi kepala mengenai blog dan jual beli gagasan.-
sumber gambar ; www.caidosdelarealidad.com
Sejatinya belum banyak masyarakat yang paham benar, apa itu blog. Mereka menyatakan bahwa kompasiana itu adalah cerminan dari pemikiran, keinginan, dan kecenderungan dari pemegang lapak, yaitu KKG; Kelompok Kompas Gramedia. Sehingga ketika mereka mencari tahu tentang Jokowi vs Foke melalui mesin pencari Google dan sejenisnya, dan melihat banyaknya tulisan tentang kedua orang tersebut berlokasi di kompasiana, maka secara langsung mereka mencap, itulah suara Kompas mengenai Pemilihan Kepala Daerah di DKI Jakarta.
Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Blog merupakan tempat jual beli gagasan dari para penulisnya. Penulisnya adalah masyarakat yang aktif menuliskan gagasannya di blog. Mulai dari anak SD SMP sampai para purna tugas. Sehingga tidak heran banyak sekali gagasan – gagasan yang berseliweran di kompasiana, dengan beraneka ragam gaya tulisan. Kesamaannya mereka akan memiliki tanggung jawab atas tulisannya, karena tulisan yang ‘aneh’ akan memperoleh komentar dari para pembacanya, mempertanyakan keanehannya. Ini bukan wahana KKG, tetapi wahana masyarakat luas, yang kebetulan sering membaca surat kabar Kompas maupun kompas.com. Sebagai tanggungjawab langsung, kompasiana memiliki jajaran pengelola yang membaca blog yang masuk, memilih tulisan siapa yang masuk Highlight, tulisan siapa yang tidak, mengganti judul, membubuhkan gambar, atau memverifikasi akun – akun yang ada.
Gagasan – gagasan di blog beserta komentar – komentarnya memang lebih ‘berani’ disampaikan jika dibanding dengan di dunia nyata. Gagasan diperjualbelikan antara penulis dan pembaca secara terbuka dengan adanya interaktifitas di dunia web 2.0 ini. Beberapa pemerintahan di dunia merasa takut dengan peranan blog dan masyarakat sebagai pewarta bebas, sehingga dengan berbagai cara berusaha untuk mempersempit ruang internet dan juga blogger. Malaysia sedang ketar ketir karena adanya media berbasis internet malaysiakini dan banyak contoh – contoh lainnya.
Wuhan, 2012-10-07
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H