Hari ini adalah hari kemerdekaan Indonesia yang ke 67. Dimana-mana diadakan upacara bendera untuk memperingatinya. Terutama oleh lembaga pemerintahan dan sekolah-sekolah. Bagi kaum swasta dan kaum proletar ini adalah hari libur untuk mengantar anak atau istri ikut upacara bendera. Atau sekedar menonton bahkan bisajuga berpartisipasi dalam lomba-lomba tujuhbelasan
Cuaca panas sampai 35 derajat. WNI juga sedikit disini, Wuhan. Walaupun begitu semangat untuk merayakan kemerdekaan tetap ada. Walaupun harus berpayah-payah karena berpuasa. Kita memperingatinya dengan (akan) mengadakan berbagai lomba ala Indonesia, diakhiri dengan buka bersama sore ini.
Saya pernah menjumpai peringatan kemerdekaan Indonesia diperingati bulan September. Waktu itu di Wellington tahun 2009, dengan dihadiri oleh Dubes RI dan masyarakat Indonesia. Dihadirkan artis-artis terkenal Indonesia yaitu Reza Artamevia dan lain-lain.Dengan menyewa sebuah gedung, masyarakat Indonesia dihibur oleh penampilan artis Indonesia dan band lokal pelajar Indonesia di SelandiaBaru, setelah sebelumnya ada kegiatan formal.
Menjadi pemikiran liar juga bagi saya. Daripada banyak peserta upacara yang 'tumbang'. Mengapa tidak peringatan kemerdekaan digeser ke hari lainnya. Misalnya tanggal 3 Syawal 1433 H. Sehingga kemeriahan peringatan kemerdekaan bisa lebih meriah karena pesertanya lebih bertenaga.
Peringatan juga tidak mesti dengan upacara bendera. Bagi golongan masyarakat lainnya,selain PNS dan anak sekolah, bisa saja memperingatinya dengan sujud syukur bersama di masjid, membersihkan sungai, jembatan, jalan raya, membuat instalasi seni, pameran foto, lomba mewarnai, diskusi antar generasi dan atau kegiatan sosial kemasyarakatan lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H