Bungkus rokok mengalami kemajuan yang signifikan. Lebih menyeramkan... sesuai dengan ketentuan yang baru. Contohnya seperti ini ....
(Dikutip dari detik.com)
Merokok memang adiktif sekali. Saya sekarang tinggal di Kelapa Dua Wetan. Dekat dengan sekolah PKP JIS Jakarta Islamic School yang konon dimiliki oleh yayasannya Pemda DKI.
Di gang Jalan Persahabatan, biasa terlihat anak-anak sekolah PKP, mungkin Tsanawiyah, atau SMK atau SMA nya ... sering terlihat bergerombol merokok di depan warung. Disana ada pos satpam, tetapi mungkin bukan tugas satpam untuk menegur anak sekolah yang merokok. Dan kita memang permisif terhadap siswa sekolah perokok. ..
Kapan terakhir merokok...? Beberapa bulan yang lalu, saat sedang kondisi kritis dalam penulisan dan pembimbingan karya ilmiah.. bersama teman-teman yang aslinya merokok. Saya sudah berhenti merokok dan tidak tergoda untuk kembali merokok. Karena memang merugikan. Sekarang saya perokok pasif... karena banyak berada di lingkungan perokok, terutama saat dalam perjalanan pergi pulang Bandung Jakarta. Saya berhenti merokok tahun 2005 dan merokok karena "stress" tahun 2013 akhir hahaha... dan saya tidak tergoda lagi. Apalagi dengan cover bungkus rokok seperti sekarang ini. Namun mungkin ini tidak berlaku bagi yang beli eceran... para sopir, satpam, mahasiswa, siswa biasanya beli satuan di jalanan atau pedagang kakilima. Mereka tidak terpapar gambar cover menyeramkan. Dan masih menikmati rokok.
Perdebatan merokok atau tidak adalah perdebatan seru di kalangan rekan-rekan alumni pesantren modern yang tidak ada habis-habisnya. Mirip dengan perdebatan pendukung Jokowi Prabowo hehehe
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H