Mohon tunggu...
Aa Yusuf
Aa Yusuf Mohon Tunggu... Wiraswasta - Memorandum of patience

Menulis, menulis - membentuk

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Membaca yang Lain

29 Juni 2021   15:08 Diperbarui: 29 Juni 2021   15:32 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Petang itu teras rumah begitu licin bekas orang-orang. 

Sorak sorai semut merah dari halaman mulai berbaris mencari sisa sisa gigitan. 

Sepotong kue tentu menjadi idaman ketimbang kacang-kacangan. 

Apalagi kopi pahit yang tak sedikitpun diperkosa oleh gula buatan. 

Mereka, tak begitu mengindahkan angin sore yang mulai ribut ditinggal para penghuninya. 

Semut semut kalap, hilap dengan segala tugas utamanya; menjaga serta membangun singgasana.

Sekejap, hidangan yang tak disangka-sangka tersebut lenyap. Apakah berkat ?

Sementara di sisi yang lain. Aku menjadi tak berdaya. Terkena hypnotis dari music calypso nan syahdu. 

Sebuah kaset lama peninggalan orang tua, membuatku penasaran untuk mendengarnya.

Dalam ketidak berdayaanku itu, suara suara samar mulai terdengar 

'Hai...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun