Mohon tunggu...
MOCH. Brian Mursyidan Baldan
MOCH. Brian Mursyidan Baldan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa S1 Fakultas Teknologi Maju dan Multi-disiplin Universitas Airlangga

ama saya Moch. Brian Mursyidan Baldan, biasa dipanggil Brian. Lahir pada 3 April 2006, saya saat ini tinggal di Surabaya dan sedang menjalani kehidupan sebagai mahasiswa di Universitas Airlangga. Saya mengambil program studi Teknik Robotika dan Kecerdasan Buatan di Fakultas Teknologi Maju dan Multidisiplin. Sejak kecil, saya selalu tertarik dengan dunia teknologi, khususnya di bidang Artificial Intelligence (AI), dan itu menjadi salah satu alasan saya memilih jurusan ini. Selain itu, saya juga memiliki pengalaman berharga dengan mengikuti berbagai lomba robot saat masih di SMA, yang semakin mengasah keterampilan dan pemahaman saya tentang dunia robotika. Di luar dunia akademik, saya juga aktif berwirausaha dengan membuka toko online di Shopee yang menjual kaos. Aktivitas ini memberi saya kesempatan untuk belajar lebih banyak tentang e-commerce dan cara berkomunikasi efektif dengan konsumen. Selain itu, saya juga suka membaca buku yang memberikan wawasan baru, baik itu dalam bidang teknologi maupun kehidupan secara umum. Sejak masa SMA, saya sudah terbiasa aktif di berbagai organisasi, yang melatih saya dalam bidang komunikasi, riset, dan mengajar. Keterampilan-keterampilan ini saya anggap sangat penting untuk berkembang, baik dalam konteks akademik maupun profesional. Dalam organisasi, saya belajar banyak tentang kepemimpinan, kolaborasi, dan bagaimana menghadapi tantangan bersama. Motto hidup saya adalah "Seorang ksatria lahir dari medan perang, bukan pesta dansa." Bagi saya, kehidupan ini adalah tentang perjuangan dan tantangan yang harus dihadapi dengan tekad dan semangat. Saya percaya bahwa kesuksesan bukan datang dari kemudahan, tetapi dari upaya keras dan pengorbanan. Sebagai seorang mahasiswa yang berfokus pada teknologi, saya ingin terus belajar dan berinovasi untuk menciptakan solusi-solusi yang bermanfaat bagi masyarakat. Ke depannya, saya berharap bisa berkontribusi lebih besar lagi dalam perkembangan dunia AI dan robotika, serta membantu menciptakan dunia yang lebih cerdas dan efisien.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru: Merayakan Perubahan atau Hanya Rutinitas Konsumtif?

4 Januari 2025   12:13 Diperbarui: 4 Januari 2025   19:15 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Tepat tengah malam, petasan mewarnai langit malam, sementara ribuan orang berkumpul untuk menghitung mundur satu putaran bumi mengelilingi matahari. Di berbagai kota besar, festival-festival dan pertunjukan spektakuler digelar, sementara desa-desa pun tak kalah antusias merayakan tahun baru, dengan cara yang disesuaikan dengan budget masing-masing. Media sosial dipenuhi dengan tren-tren musiman yang mengiringi datangnya tahun baru. Namun, di tengah euforia dan kegembiraan ini, kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah kita benar-benar merayakan tahun baru dengan penuh makna, atau justru terjebak dalam rutinitas konsumtif yang hanya berfokus pada pemenuhan tuntutan sosial semata?

Tahun Baru: Sebuah Tradisi yang Tua

Perayaan tahun baru memiliki sejarah panjang yang dimulai lebih dari 4.000 tahun yang lalu di Babilonia, dengan festival Akitu yang berlangsung selama 11 hari pada masa ekuinoks musim semi. Bangsa Romawi awalnya merayakan tahun baru pada 1 Maret, tetapi reformasi besar terjadi pada 45 SM saat Julius Caesar memutuskan untuk menetapkan 1 Januari sebagai awal tahun baru melalui reformasi kalender yang dikenal dengan nama Kalender Julian. Pada 1582, Paus Gregorius XIII memperkenalkan Kalender Gregorian, yang kemudian mengukuhkan 1 Januari sebagai tanggal awal tahun baru secara internasional, mengakhiri kebingungan penanggalan yang sebelumnya ada.

Makna Januari: Refleksi dan Harapan

Nama bulan pertama dalam kalender Masehi, Januari, diambil dari dewa dalam mitologi Romawi, Janus, yang digambarkan dengan dua wajah yang saling menghadap, satu ke depan dan satu lagi ke belakang. Wajah yang menghadap ke belakang melambangkan refleksi terhadap masa lalu, sedangkan wajah yang menghadap ke depan melambangkan harapan dan rencana untuk masa depan. Simbolisme ini mengajarkan kita bahwa tahun baru adalah waktu yang tepat untuk merenung, mengevaluasi perjalanan hidup kita, dan merencanakan langkah-langkah menuju perubahan yang lebih baik di masa mendatang.

Namun, dalam kegembiraan menyambut tahun baru, banyak di antara kita yang justru terjebak dalam rutinitas perayaan yang serba konsumtif. Acara kembang api yang meriah, pesta, dan berbagai bentuk hiburan menjadi sorotan utama, sementara makna sesungguhnya dari perayaan ini sering kali terlupakan. Apakah kita benar-benar merenungkan pencapaian dan kegagalan tahun lalu? Apakah kita benar-benar memanfaatkan kesempatan ini untuk merencanakan perubahan dalam hidup kita, atau kita hanya terjebak dalam perayaan yang kosong dan sementara?

Perayaan Tahun Baru: Refleksi Diri atau Pamer Kesuksesan?

Tahun baru sering kali dipandang sebagai ajang selebrasi---tempat untuk merayakan semua yang telah kita capai. Namun, perayaan ini seharusnya lebih dari sekadar ritual tahunan untuk menunjukkan pencapaian di media sosial atau sekadar mengikuti tren. Merayakan tahun baru adalah kesempatan untuk bercermin pada diri sendiri, untuk bertanya: Apakah 365 hari yang telah berlalu benar-benar mencerminkan perjalanan yang penuh arti, sesuai dengan tujuan dan rencana yang kita tetapkan? Atau, apakah kita hanya mengejar kemeriahan yang segera berlalu, tanpa perubahan yang nyata dalam hidup kita?

Selebrasi Pencapaian: Sebuah Hadiah untuk Diri Sendiri

Perayaan tahun baru adalah kesempatan untuk merayakan semua yang telah kita capai sepanjang tahun. Pencapaian-pencapaian ini, baik besar maupun kecil, seharusnya bukanlah ajang untuk pamer kesuksesan, melainkan hadiah untuk diri sendiri atas usaha dan kerja keras yang telah dilakukan. Ini adalah waktu untuk menghargai diri kita sendiri, untuk memberi penghargaan atas pencapaian yang telah kita raih meskipun perjalanan itu penuh tantangan. Tahun baru seharusnya menjadi pengingat bahwa setiap langkah kecil yang kita ambil adalah bagian dari perjalanan panjang menuju kehidupan yang lebih baik.

Namun, meskipun kita berhak merayakan pencapaian, kita juga harus menyadari bahwa perjalanan kita masih panjang. Masih banyak tantangan yang harus kita hadapi, dan banyak tujuan yang belum tercapai. Perjalanan ini tidak akan mudah, dan tanpa perencanaan yang matang, kita mungkin akan kehilangan arah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun