Mohon tunggu...
Muhamad Sukur
Muhamad Sukur Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Gw Anak betawi yg kesasar d ranah sunda..hehe

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Dan Cap "Taqlid Buta" Pun Menempel di Jidat

29 Mei 2013   14:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:51 350
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak terasa sdh satu bulan lebih saya gabung dengan komunitas "Kuli tinta" d komplek "K" ini..Bermula dari sekedar mondar mandir nggak jelas juntrungan..Mampir sejenak hanya untuk ngintipin isi rumah dari para penghuni komplek "K" yg sangat variatif..Semua berlomba untuk menunjukkan jatidiri mereka, tapi ada juga penghuni yg malu2 menampakkan rupa asli yg pasti tidak seganteng saya "sweear dah, fakta'@ dah banyak yg berkata seperti itu..bukan hanya perkataan sang ibu, manusia paling jujur d antara makhluk yg masih bernapas saat ini.."..
Dengan membaca Bismillah, saya pun memberani kan diri membangun rumah singgah tipe RSSS "Dana'@ cekak boss.." Tentu dgn seizin sang kuncen lapak yg memberi setumpuk surat perjanjian yg males saya baca,langsung aza tjap jempoel darah untuk legitimasi yg lebih afdol ..Dengan ada'@ rumah singgah tersebut, walau belum terverifikasi karena cicilannya belum lunas "Bu'e Artem az butuh banyak waktu untuk melunasi tunggakan beliau yg satu ini.." Saya dapat lebih bebas menjelajahi komplek "K" yg ternyata mirip Taman mini Indonesia Indah, beragam karakter ada d sini..Menikmati sajian yg di hidangkan sang empu rumah yg belum tentu sesuai dengan lidah & inilah hal yg hanya bisa d lakukan oleh kita2 yg punya kaplingan d komplek "K" ini..Meninggalkan jejak langkah sebagai bentuk apresiasi kita terhadap hidangan sang empu lapak..

Menurut pengamatan saya..Lapak2 yg selalu ramai pengunjung, bahkan beberapa lapak berubah layaknya pasar dadakan yg menarik minat calon pembeli, baik yang benar2 ingin membeli barang yg ia inginkan atau hanya sekedar lihat2 cuci mata..Di dominasi oleh sajian yg mengangkat isu tentang si 3 huruf Keramat yg memang mempunyai berjuta pesona yg mampu menggerakkan tangan2 gatel para kompasianer untuk sekedar menukil pandangan mata, memuji pesona sang 3 huruf Keramat, or bahkan menghujat..Semua bermula d penangkapan LHI sang pemegang otoriter tertinggi si 3 huruf Keramat oleh KPK..Sejak awal KPK melalui sang jubir Johan Budi berkoar2 bahwa mereka mngantongi bukti rekaman yg bisa menjerat LHI dalam kasus import daging sapi & belakangan dugaan tersebut tdk terbukti N berubah tudingan menjadi kasus pidana pencucian uang..Bagi saya yg orang awam ttg hukum, rasanya kok aneh kasus pidananya belum ada, pengekornya sdh nonggol duluan..Jadi terkesan terlalu d paksakan..Saya jadi teringat ust Abu Bakar Ba'asyir yg awalnya d jerat tuduhan teroris tapi karena tdk terbukti, malah di jerat kasus penggelapan KTP..Di jatuhi hukuman 2 tahun penjara tampa dpt potongan hukuman..Belakangan kita tahu perkara ust Abu Bakar Ba'asyir tercipta hanya untuk menyenangkan negara yg tidak lagi adidaya, rumah kedua sang penguasa..

Kembali lagi pada kasus LHI..Manusia bebas berpendapat, karena itulah buah reformasi yg kita dapat..Bahkan sangat bebas, hingga kita bisa mengutarakan tudingan2 tak berdasar yg berujung pada fitnah..Yang saya lihat KpK sangatlah sulit membuktikan tuduhan mereka pada LHI dgn data2 hukum yg ada..Yg ada malah berita wanita2 yg belum bisa d buktikan kebenarannya..& terkesan kuat untuk menjatuhkan kredibilitas LHI dlm pengadilan masyarakat yg penuh intrik..

Sebagai penyeimbang berita..Banyak beredar tulisan yang mencoba mengklarifikasi masalah ini..Baik dari kader si 3 huruf Keramat, simpatisan or para pemerhati PKS yg berusaha menuliskan fakta yg mereka lihat..Termasuk saya pribadi sebagai pemerhati si 3 huruf Keramat..Sangat senang dolan ke lapak2 bertemakan si 3 huruf Keramat..jika lagi mood, saya ninggalin jejak d sana..Yang menariknya karena komentar2 saya yg d rasa tdk seia sekata dengan mereka "pihak yg kontra si 3 huruf Keramat" mulailah berbagai cap menempel d jidat..Dari tudingan bang Amirsyah klo saya Cyber Army sampai yg terakhir stempel "Taqlid buta " dari mba Ira oemar yg cerdas menawan sukses nangkring d jidat..Jadi males buka topi eui..

Jika mereka bebas menyampaikan pandangan mereka yg menjatuhkan kredibilitas LHI menjudge jika beliau pasti bersalah & harus salah sebelum semua jelas d pengadilan, N berujung pada generalisasi bahwa orang2 yg ada d barisan si 3 huruf Keramat semua munafik, berkedok agama untukt syahwat belaka..
Lalu mengapa para kader or simpatisan si 3 huruf Keramat tidak boleh memberi pembelaan dan menyebarkan kebenaran ttg si 3 huruf Keramat dgn segala tuduhan yg melekat seperti taqlid buta, brain wash, dsb..Kebebasan bukan hanya milik kalian, yg terpenting adlh fakta & data..

Mengutip perkataan mba Ellen, "Jika kita hanya bisa berbahagia dan puas ketika semua orang seia sekata , maka sampai hembusan napas terakhir, kebahagiaan itu tetap akan menjadi ilusi yang berubah menjadi sesuatu yang tak terjangkau.."

Tidak enak hidup d dunia yg monoton..
Tak kenal maka tak sayang..

Dah dulu ah curhatnya kpanjangan..
Tidur sejenak untuk simpan tenaga..
Memasuki HM 5000 an , unit banyak yg rewel minta perhatian extra....Setengah jalan menuju lapak madura yg menyambut hangat berkah Illahi..Beli tahi jual emas..

Saya mohon maaf jika ada yg kurang berkesan..
Menulis dgn hanya bermodal Hp memang menyesakkan dada..6 jam berlalu dgn hasil yg berantakan..
Mudah2an nanti bisa d edit..

Salam Cinta
:) :) :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun