Kompleksitas Tantangan Pendidikan Agama Islam di Era Society 5.0
A. Pendahuluan
Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Kata Islam dan perilaku yang mempertahankan diri dalam pendidikan Agama Islam menunjukkan warna pendidikan tertentu, yakni pendidikan yang bernuansakan Agama Islam. Pendidikan Islam sebagai upaya sadar yang dilakukan oleh mereka yang memiliki tanggung jawab terhadap pembinaan, bimbingan, pengembangan serta pengarahan potensi yang dimiliki peserta didik agar mereka dapat berfungsi dan berperan sebagaimana hakikat kejadiannya. Pendidikan juga diartikan usaha yang dilakukan oleh pendidik terhadap peserta didik agar tercapai perkembangan maksimal yang positif.
Menurut Abdurrahman al-Nahlawi pendidikan berasal dari kata "al-Tarbiyah", di mana "Tarbiyah" berasal dari kata raba-yarbu. Pengertian yang pertama berarti bertambah, bertumbuh seperti yang terdapat dalam al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 39, kedua, rabiya-yarba yang berarti menjadi besar, dan yang ketiga dari kata rabba-yarubbu, berarti memperbaiki, menguasai urusan, menuntun, menjaga, memelihara. Dengan demikian pendidikan agama Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek yang dibutuhkan oleh hamba Allah, sebagaimana Islam telah menjadi pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi.
B. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Kurikulum Pendidikan Agama Islam menyebutkan bahwa Pendidikan Agama Islam adalah untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengalaman serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan lebih tinggi.
Secara umum, Pendidikan Agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Swt. serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
C. Era Society 5.0
Society 5.0 dapat diartikan sebagai suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human-centered) dan berbasis teknologi (technology based). Masyarakat 5.0 adalah suatu konsep masyarakat yang berpusat pada manusia (human- centered) dan berbasis teknologi (technology based) yang dikembangkan oleh Jepang. Konsep ini lahir sebagai pengembangan dari revolusi era industri 4.0 yang dinilai berpotensi mendegradasi peran manusia.
Melalui Masyarakat 5.0, kecerdasan buatan (artificial intelligence) akan mentransformasi big data yang dikumpulkan melalui internet pada segala bidang kehidupan (the Internet of Things) menjadi suatu kearifan baru, yang akan didedikasikan untuk meningkatkan kemampuan manusia membuka peluang-peluang bagi kemanusiaan. Transformasi ini akan membantu manusia untuk menjalani kehidupan yang lebih bermakna.
D. Tantangan Pendidikan Islam di Era Society 5.0
A. Malik Fadjar menyatakan bahwa terdapat tiga tantangan berat yang sedang dihadapi saat ini: Pertama, bagaimana mempertahankan dari serangan krisis dan apa yang kita capai jangan sampai hilang. Kedua, kita berada dalam suasana global di bidang pendidikan. Menurutnya kompetisi adalah suatu yang niscaya, baik kompetisi dalam skala regional, nasional, dan internasional. Ketiga melakukan perubahan dan penyesuaian sistem pendidikan nasional yang mendukung proses pendidikan yang lebih demokratis, memperhatikan keberagaman kebutuhan atau keadaan daerah dan peserta didik serta mendorong peningkatan partisipasi masyarakat.