Sepintas mungkin anda akan mengira, kalau judul diatas terkait dengan varian jenis gas terbaru yang diproduksi dalam masa pandemic Covid-19 saat ini. Kemungkinan anda bisa benar dan bisa salah, tergantung anda melihatnya dari sisi yang mana.
Namun yang menjadi perhatian dalam kesempatan kali ini adalah pernyataan Presiden Jokowi dalam pengarahan untuk penanganan Covid-19 terintegrasi di Provinsi Kalimantan Tengah, Kamis 9 Juli 2020.
Dalam pertemuan ini, Presiden Jokowi menyampaikan pentingnya mengendalikan sisi kesehatan dan juga sisi ekonomi secara simultan.
“Oleh sebab itu, betul-betul gas dan remnya ini betul-betul dikendalikan benar. Jangan sampai yang digas hanya ekonominya saja tetapi nanti Covid-nya meningkat, hati-hati, dua-duanya ini harus dikendalikan dengan baik.”
Tingginya ekspektasi terhadap pengendalian sisi kesehatan dan ekonomi, dalam narasi gas ekonomi dan rem Covid-19 tentunya perlu di imbangi dengan pemahaman situasi terkini keadaan perekonomian dan status kasus terkonfirmasi positif Covid-19 sampai saat ini.
Dengan mendapatkan gambaran faktual terhadap kedua hal diatas, mungkin saja ekspektasi anda pada pengendalian sisi kesehatan dan ekonomi secara pararel, dapat terkoreksi.
Kondisi Perekonomian
Dalam masa pandemi Covid-19, proses sinergi antara pemerintah dan semua stakeholder untuk penciptaan peluang lapangan kerja baru yang diharapkan pada akhirnya dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi, mengalami perlambatan. Menurunnya permintaan domestik, utamanya yang bersumber dari konsumsi swasta dan investasi, yang dipengaruhi oleh kebijakan penerapan pembatasan aktivitas sosial-ekonomi masyarakat untuk menekan penyebaran Covid-19, merupakan penyebab utama terjadinya perlambatan ekonomi.
Jika kita merujuk kepada Laporan Nusantara yang diterbitkan Bank Indonesia periode Mei 2020, perekonomian kita secara nasional hanya bertumbuh 2,97% (yoy) dari perioda sebelumnya.
Bandingkan dengan kondisi sebelumnya, yang tergambar pada laporan bulan Februari, sebesar 4,97% (yoy). Melambatnya capaian pertumbuhan ekonomi kita secara nasional bersumber dari akumulasi penurunan kinerja pertumbuhan ekonomi dari seluruh kelompok wilayah utama penggerak ekonomi di Indonesia. Mayoritas wilayah perekonomian di Indonesia seperti Jawa, Sumatera, Kalimantan, dan Balinusra, dan Sulampua mengalami penurunan dibandingkan perioda sebelumnya.
Dalam pengarahan untuk penanganan Covid-19 terintegrasi di Provinsi Kalimantan Tengah, Kamis 9 Juli 2020. Presiden Jokowi juga menyampaikan perkiraan kondisi perekonomian kita untuk triwulan mendatang, minus growth sampai dengan 3,8%.
Kondisi melambatnya perekonomian secara nasional, tidak hanya dialami oleh negara kita saja, ada 215 negara didunia yang juga mengalami kondisi yang sama. Dan secara global, prediksi pertumbuhan ekonomi dunia menurut Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD) juga mengalami koreksi minus sampai dengan 7,6%. Bahkan Inggris diperkirakan tahun ini akan minus sebesar 15,4%, Jerman 11,2%, Perancis 17,2%, dan Jepang 8,3%.