Mohon tunggu...
Aaron Bentlee Chow
Aaron Bentlee Chow Mohon Tunggu... Lainnya - Siswa

-

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Benarkah Pembakaran Sampah Plastik Menyebabkan Kerusakan?

27 April 2024   23:45 Diperbarui: 27 April 2024   23:50 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang biasanya manusia gunakan setiap hari? Material apa yang biasanya digunakan untuk membuat produk dan proses manufaktur? Apakah anda peduli jika terdapat banyak sampah plastik bertebaran di jalanan? Mungkin orang menganggap sampah plastik yang bertebaran sebagai hal yang wajar di Indonesia. Asumsi mereka, sampah plastik merupakan hal yang remeh dan tidak perlu diperhatikan keberadaanya. Namun, semua pandangan ini berbanding terbalik dengan kenyataan di Indonesia saat ini. 

Sampah plastik menjadi masalah utama di dunia. Indonesia tercatat sebagai salah satu dari tiga negara terbesar penyumbang sampah plastik. Di Indonesia, mengelola sampah plastik merupakan tantangan yang besar. Diakibatkan karena kurangnya tenaga, kemampuan dan kapasitas masyarakat Indonesia untuk mengelola sampah plastik. Sebagian besar sampah plastik di Indonesia berasal dari sektor rumah tangga, yang mencapai 38 persen pada tahun 2023. Penggunaan plastik sekali pakai menjadi permasalahan utama, termasuk pengonsumsian kemasan sachet. Dapat dilihat, bahwa saat ini sudah banyak upaya yang telah dilakukan di Indonesia, salah satunya kebijakan di berbagai sekolah yang mengharuskan peserta didik untuk membawa tumbler ke sekolah. Sesuatu yang sepraktis ini dapat mengurangi peningkatan sampah plastik di Indonesia. 

Kesadaran diri masyarakat Indonesia akan lingkungan dapat digolongkan masih rendah. Menurut Kementerian Kesehatan, diketahui hanya 20 persen dari total masyarakat Indonesia yang peduli terhadap kebersihan. Dapat disimpulkan, bahwa dari 278 juta jiwa di Indonesia, hanya sekitar 55 juta orang yang memiliki kepedulian terhadap kebersihan lingkungan. 

 Menumpuknya sampah plastik membuat tempat penampungan akhir (TPA) sampah menjadi semakin padat. Akhirnya, banyak manusia berinisiatif untuk mengurangi dengan membakar sampah plastik. Hal tersebut menimbulkan dampak lain yaitu polusi udara sehingga memperburuk lapisan ozon bumi dan kesehatan manusia. Pembakaran sampah plastik secara terbuka menghasilkan polusi udara yang terkandung berbagai senyawa didalamnya, salah satunya senyawa karbon dioksida (CO2). Produksi karbon dioksida (CO2) secara berlebihan menjadi salah satu faktor yang dapat secara drastis memperburuk lapisan ozon bumi.

Polusi udara akibat pembakaran sampah plastik dapat mengganggu kesehatan manusia. Paparan logam mikroplastik dapat menyebabkan kerusakan kulit dan gangguan saraf pada manusia. Zat kimia yang terkandung didalamnya dapat mempengaruhi sistem pencernaan manusia. Polusi udara dapat memicu terjadinya gangguan sistem pernapasan, seperti asma, ISPA, hingga kanker paru-paru.

Kondisi ini harus menjadi perhatian bagi manusia secara bersama-sama, dapat membuat suatu gerakan agar mengurangi penggunaan sampah plastik secara berlebihan. Tentu, tidak ada manusia yang ingin mengalami penderitaan keras akibat polusi pembakaran sampah plastik. Maka, kesadaran diri akan lingkungan menjadi salah satu faktor penting yang harus dibangun dan dihidupi oleh masyarakat Indonesia dalam kesehariannya. Tak terlepas dari hal ini, masyarakat Indonesia membutuhkan dukungan dari industri dan pemerintah untuk berkolaborasi bersama menjaga kebersihan lingkungan di Indonesia. 

Solusi yang dapat ditawarkan adalah rancangan teknologi berupa filter yang dapat menangkap senyawa karbon dioksida (CO2) dari hasil pembakaran sampah plastik. Filter tersebut terbuat dari tanaman mikroalga karena tanaman mikroalga dapat menangkap karbon dioksida (CO2) dan mengubah karbon dioksida (CO2) menjadi oksigen (O2). Cara kerja dari filter ini dimulai dengan mengumpulkan sampah plastik pada suatu tempat tertutup untuk dibakar, sehingga asap yang dihasilkan bisa ditampung dan diarahkan ke filter tanaman mikroalga. Filter yang sudah dirancang akan menyerap karbon dioksida (CO2) dari hasil pembakaran sampah plastik, kemudian akan difilterisasi menjadi oksigen (O2) yang dapat dihirup oleh manusia. Pengembangan mikroalga sebagai filter karbon dioksida (CO2) dapat menjadi solusi baik dari dampak buruk pembakaran sampah plastik. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun