AKU RINDU PADAMU
oleh:
Rendi Hendrawan
Lebih dari 14 abad lamanya, nama dan kebesaranmu terkenang selalu dalam benak umat manusia. Engkau sosok santun penuh kedamaian, teladan umat sepanjang zaman. Engkau cahaya diatas cahaya. Hitam legamnya kegelapan jahiliah berubah seketika, tatkala kau dihadirkan Tuhan kepadannya. Indahnya cahaya rembulan hanya dapat menerangi malam. Kuatnya sinar matahari hanya dapat menerangi siang. Namun cahayamu dapat menembus hitam kelamnya kegelapan jiwa manusia. Engkau sosok tegar bagai karang diterpa gelombang yang tak terpatahkan dan tak tergoyahkan, engkau cahaya diatas cahaya. Cahayamu yang dapat menembus segala kegelapan, engkaulah kekasih Tuhan. Kekasih umat sejati. Engkaulah Rasulalah Muhammad.
2017, itulah bilangan tahum masehi saat ini. Era modern dengan segala kemajuannya, namun nama dan kebesaranmu tetap terkenang pada diri setiap insan. Seorang yang berjiwa besar ditengah kegelapan umat, seorang yang berpikiran luas ditengah kebodohan umat, cahaya ditengah hitam legamnya kegelapan umat manusia. Pembawa berita gembira, pengentas kegelapan. Engkau pemimpin sejati, pemimpin rahmatan lil'alamin. Engkau manusia sempurna, sampi Tuhanpun bersholawat padamu (Qur'an, 33:56). Engaulah satu-satunya manusia yang telah diakui sebagai hamba/'abid oleh Tuhan yang maha pengasih penyayang(Qur'an, 17:1). Ya Nabiyullah akankah ku berjumpa dengan mu. Kerinduan ku pada mu, sosok pemimpin umat sejati. Ingin rasanya ku menceritakan semua keadaan bangsa dan agama yang saat ini ku rasakan padamu wahai kekasih Tuhan.
Engkau manusia yang penuh kemuliaan, engkau tokoh paling berpengaruh. Maha suci Allah yang telah memberikan umat ini pemimpin seperti engkau. Engkaulah manusia yang tidak pernah hilang dari ingatan. Engkau pemberi peringatan tanpa kekerasan, engkau pemberi kabar gembira tanpa memaksa. Pemimpin yang tak rela umatnya celaka, hingga ajal akan menjemputpu engkau tetap mengingat umatmu. Ya Rasullallah akankah ku berjumpa denganmu. Ya Rasulallah akankah kau mengakuiku sebagai umatmu.
Banyak manusia yang mengaku sebagai umatmu, termasuk aku. Namun aku tak tahu apakah engkau akan mengakuinya. Ya, tidak mengapa mengakui diri ini umatmu. Namun yang paling penting adalah pengakuan engkau sendiri terhadap umat ini. Ya Rasulallah, sungguh aku malu ketika ku baca sejarah hidupmu, seakan semua pengakuanku bahwa aku umatmu, itu seemua luntur, hancur bagai debu yang dihempas angin. Kehidupanmu yang penuh hikmah dan teladan, kehidupan mu yang penuh kesahajaan. Sungguh aku malu mangakui diri ini umatmu. Ya rasulallah akankah aku diakui sebagai umatmu. Ya Rasulallh sungguh aku merindukanmu.
Ya Rasulallah, engkau manusia paling sabar, engkau manusia suci yang tak peduli caci maki manusia. Engkau balas kejahatan dengan kebaikan, engkau balas kekerasan dengan kelembutan, engkau balas kekikiran dengan kemurahan, engkau balas hinaan dengan senyuman. Sosok mengagumkan tiada tandingan. Engkau insan mulia, mutiara dunia. Pantaslah jika Tuhan tak membiarkan yang lain untuk mendidikmu, karena engkau bukanlah manusia seperti kebanyakan manusia. Hingga Tuhan langsung yang mendidikmu, engkau ditinggal ayahandamu semasa dikandungan, engkau ditinggalkan ibumu semasa kecil. Dan engkau ditinggalkan orang-orang yang berusaha melindungimu dan orang-orang yang kau cintai. Bagiku semua itu bukti bahwa Tuhan tak ingin kau dididik oleh yang lain, Tuhan ingin langsung menjadi pendidikmu, melalui firmannya Tuhan mendidikmu, bahkan hinggga Tuhan langsung yang memberikan pendidikan terhadapmu, engau dipanggilnya memalui isra mi'raj. Dan mendapat ijazah berupa sholat.
Ketika aku rindu padamu. Tiada kata yang dapat menceritakan habis kebesaran dan kemuliaan mu ya Nabiyullah. Namamu begitu mulia, jutaan bibir mengucap namamu setiap harinya. Yaa Nabi salam 'alaika.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H