Delapan belas bulan silam
Akhirnya hari ini tiba juga. Aku telah menunggu hari ini sejak beberapa waktu lalu. Seminar kepenulisan yang dibawakan oleh beberapa penulis favoritku, yakni Boy Candra, Tere Liye, dan juga J.S. Khairen, akan segera kunikmati. Merekalah yang selalu kujadikan anutan sebagai motivasi untuk terus menjadi penulis hebat hingga saat ini.
Bruk! Tiba-tiba aku tak sengaja menabrak seorang gadis yang sedang melihat beberapa buku yang dipajang pada seminar kali ini.
"Maaf, nggak sengaja," kataku mencoba menolongnya.
"Iya, aku juga minta maaf karena terlalu asyik sampai nggak lihat-lihat sekitarnya," tuturnya tersenyum.
Kuamati wajahnya sekilas gadis itu. Sebagai lelaki dapat kukatakan bahwa gadis itu sangatlah cantik. Bola matanya yang indah juga bisa menjadi daya tariknya untuk ditaksir seorang lelaki. Selain itu, senyum manisnya juga menambah pesona dirinya sebagai seorang perempuan.
Tak lama kemudian, seminar kepenulisan pun dimulai. Aku berhasil mendapatkan kursi paling depan sehingga dapat melihat para pengisi acaranya dengan jelas. Beberapa saat kemudian, gadis yang kutemui di depan tadi, duduk di sebelahku.
"Kamu duduk di kursi ini?" tanyaku sambil menunjuk kursi di sebelahku.
"Iya, ini kursiku. Permisi," katanya lembut.
"Silakan," ucapku singkat.
Gadis itu duduk tepat di sebelahku. Kemudian ia keluarkan buku catatan dan juga novel-novel milik Boy Candra. Katanya, koleksi karya-karya milik Boy Candra hampir lengkap, sebab ia adalah penggemar dari sang penulis asal Sumatra Barat tersebut.