“Makan yang cukup, nutrisi di hotel ini sangat bergizi untuk kalian yang sedang mengikuti pertandingan olahraga,” ungkap Bang James.
Selain para pemain dan jajaran pelatih, ada pula tim perlengkapan yang beranggotakan beberapa pengurus OSIS, termasuk Kiandra, perempuan yang sedang kutaksir sejak beberapa bulan belakangan ini.
Namun, bukan hal mudah untuk mendekatinya. Ia sangat jutek kepada lelaki yang mencoba mendekatinya. Maklum saja Kiandra adalah siswa berprestasi di sekolah yang mengutamakan pendidikan ketimbang asrama. Meski begitu, ia juga manusia biasa, yang memiliki rasa suka terhadap lelaki yang didambakannya, yaitu Nathan, kapten dan kiper tim sekolahku.
Menurut informasi yang beredar, Kiandra sangat menyukai Nathan karena ketampanannya, berbeda denganku yang jauh dari kata tampan. Selain itu, diriku hanyalah pemain beruntung yang masuk ke dalam tim ini, meskipun pada pertandingan pertama aku berhasil mencetak dua gol sekaligus.
“Nathan, ini aku bawain minuman buat kamu,” ujar Kiandra kepada Nathan yang sedang menyantap makanannya.
“Makasih, Kiandra. Gua udah ada minuman, nih, buat yang lain aja, deh,” pungkas Nathan menolak dengan halus.
“Sekali-kali, terima pemberian aku, dong. Kemarin aku beliin handuk aja kamu nolak, sekarang cuma beli minuman masa juga ditolak sih,” keluh Kiandra.
“Lagian gua nggak pernah minta apa pun dari lu, jadi gua nggak berhak juga buat nerima apa pun dari lu, Ki.”
“Udah mendingan minumannya buat Mahesa aja, dari tadi dia belum dapet minum, tuh,” potong Gilang mengambil minuman yang berada di tangan Kiandra.
“Gilang! Balikin minumannya, itu bukan buat Mahesa!” teriak Kiandra kesal.
Aku yang melihat sedikit pertengkaran itu hanya menggeleng-gelengkan kepala. Meski Gilang berusaha mendekati diriku dengan Kiandra, namun aku merasa apa yang dilakukannya tidak akan ampuh untuk menarik perhatian Kiandra kepadaku.